Mohon tunggu...
Sosbud

Kematian Bu Patmi Peserta Cor Kaki, Siapa yang Bertanggung Jawab?

21 Maret 2017   16:00 Diperbarui: 22 Maret 2017   00:00 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patmi, seorang perempuan berusia 45 tahun asal Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, salah satu peserta aksi demonstrasi cor kaki depan Istana, yang menolak keberadaan pabrik Semen Indonesia di Rembang meninggal dunia Selasa 21 Maret 2017, Pukul 02.55 dinihari. Dokter Rumah Sakit St. Carolus menyatakan Bu Patmi meninggal mendadak dengan dugaan serangan jantung.

Peristiwa itu merupakan sebuah tamparan bagi LSM yang telah mengeksploitasi perempuan dalam menjalankan aksi penolakan terhadap perusahaan BUMN. Pada Jumat (17/3), Tim Dokter dari RSCM yang datang bersama Deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Program Prioritas merekomendasikan untuk menghentikan aksi tersebut dengan alasan logis mengancam kesehatan. Bahkan jauh sebelum itu, Wicaksono Narendro Utomo, salah satu Dokter Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, yang menjadi Tim Kesehatan pendamping aksi cor kaki, pada tanggal Senin (13/3) sudah mewanti-wanti aksi tersebut sangat berbahaya jika dilakukan dalam waktu lama. Menurutnya, kondisi kaki dibelenggu beton semen mengakibatkan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi tidak normal, terutama yang menuju ke kaki. Wicaksono memperkirakan kondisi peserta aksi hanya bisa bertahan selama lima hari. Jika lebih dari itu, akan mengancam keselamatan.

Lalu apa yang dikatakan Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Joko Prianto, dengan kebodohannya menyerukan akan menambah petani dan warga yang ikut mengecor kaki hingga Presiden Joko Widodo menemui mereka dan mengabulkan tuntutannya.

Bagaimana dengan LBH, Komnas Perempuan, Walhi dan LSM sok peduli? Mereka tidak menyimpan rasa iba, baginya, suara toa depan istana lebih berharga daripada jiwa-jiwa yang ‘dipaksa’ terpasung semen, puluhan warga yang dicor kakinya lebih eyecatching menjadi objek eksploitasi foto lalu dibumbui tulisan puitis penuh kebohongan, menebarnya untuk meraih simpati, demi kepentingan yang tidak pernah benar-benar dimengerti oleh para peserta aksi.

Pembiaran yang dilakukan oleh JMPPK, LBH, Komnas Perempuan, Walhi dan LSM yang terlibat disana, dengan memasung semen di kaki berhari-hari, adalah pembunuhan yang dianggap diwajarkan!

JMPPK, LBH, Komnas Perempuan, Walhi dan LSM lain yang terlibat dalam aksi tersebut, telah melakukan pengabaian. Pertama, mereka mengindahkan rekomendasi dokter RSCM dan Dokter Rumah Sakit Islam Cempaka Putih untuk menghentikan aksi cor kaki. Kedua, mereka juga lalai terhadap rekam jejak kesehatan peserta aksi. Bu Patmi meninggal dengan dugaan serangan jantung. Dan mereka telah lalai mengecor kaki Bu Patmi padahal nromalnya beberapa jam sebelum Bu Patmi kolaps, tensi sudah naik, gejala-gejala sudah ada. Tapi kenapa tidak terdeteksi dan dibiarkan? Dikutip media online Merdeka.com (https://feed.merdeka.com/article/5-tanda-anda-mengidap-serangan-jantung-150814q.html), seorang perempuan penderita penyakit jantung gejala dan tanda-tandanya bisa diketahui satu minggu sebelum terjadi serangan jantung. Beberapa diantaranya terlihat dari kondisi badan yang sangat lelah dan menderita insomia, sesak napas, lemah otot, berkeringat dan pusing serta perasaan tidak nyaman di dada. Tapi LSM-LSM itu biarkan.

Pada akhirnya, Selasa dinihari, sejarah telah mencatat aksi cor kaki merenggut nyawa. Bu Patmi, perempuan asal Pati yang tidak mengerti apa-apa harus menjadi korban JMPPK, LBH, Komnas Perempuan, dan Walhi, menghalalkan segala cara untuk menolak keberadaan pabrik Semen Indonesia di Rembang Jawa Tengah. Selamat jalan Bu Patmi. Semoga Tuhan memberi tempat terbaik bagimu.

Kami sebagai rakyat Indonesia, mengutuk keras aksi cor kaki yang telah menelan korban. Menuntut pihak kepolisian untuk membubarkan aksi biadab cor kaki dan meminta mengusut tuntas dalang aksi tersebut. JMPPK, LBH, Komnas Perempuan dan Walhi. Aksimu merenggut nyawa tak berdosa. Siapa mau bertanggung jawab?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun