Mohon tunggu...
Mahenry Purba
Mahenry Purba Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

11 April 1997 “Happiness [is] only real when shared” ― Jon Krakauer, Into the Wild

Selanjutnya

Tutup

Film

Johny Cash dan Turning Pointnya

12 Mei 2020   19:53 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:51 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dumai 12 Mei 2020

Pagi ini lama bangun, sebagai akibat dari telat tidur tadi malam menonton film " Walk the the line"  yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix menceritkan biofgrafi dari Johny Cash. 

Berasal dari sebuah keluarga petani di desa, memiliki ayah yang pemabuk, kehilangan abang (saudara laki-laki) yang sangat di sayangi, terutama ayahnya yang mengagap abangnya lebih berhaga dari dia. Tumbuh besar dengan keluarga proletar, mengabdi untuk negara menjadi bagian dari AU di kirim ke Jerman, menikah dengan gadis pujaan  bernama Vivi yang awalnya sangat tidak direstui oleh sang mertua. 

Kesulitan finansial, antara harga diri atau gensi yang  kadang-kadang susah dibedakan, tetap berusaha dengan jalan sendiri, atau pergi ke rumah mertua menjadi pekerja di sana.

Periode hidup setiap manusia biasanya memiliki "turning point" atau satu titik yang mengubah kehidupan kita, begitu juga Johny Cash. Setelah perang berakhir, beliau bekerja sebagai marketting lapangan pintu ke pintu. Seperti kita tebak disini, entah dia memang tidak berbakat dalam menjual sesutau atau memang takdir, dia kesulitan menjual barang dagangannya. 

Hingga suatu waktu ketika dia sedang bekerja dia melihat satu kelompok anak pemuda masuk ke studio rekaman, seperti menemukan cahaya di dalam gelap, dia menemukan turning pointnya. 

Bertemu dengan pemilik studio rekaman, menunjukan sikap yang sunngguh-sungguh, sikap yang sungguh-sungguh ini yang akhirnya pemilik rekaman memberikan kesempatan kepada Johny Cash. Dia pulang melatih bandnya yang terdiri dari para montir (amatir di bidang music). 

Mengikuti audis dan  menyayikan salah satu lagu gospel, namun mendapat respon negatif dari pemilik dapur rekaman. Pemilik studio  rekaman berkata "Bring... bring it home? All right, let's bring it home. If you was hit by a truck and you was lying out there in that gutter dying, and you had time to sing *one* song. Huh? One song that people would remember before you're dirt. One song that would let God know how you felt about your time here on Earth. One song that would sum you up. You tellin' me that's the song you'd sing? That same Jimmy Davis tune we hear on the radio all day, about your peace within, and how it's real, and how you're gonna shout it? Or... would you sing somethin' different. Somethin' real. Somethin' *you* felt. Cause I'm telling you right now, that's the kind of song people want to hear. That's the kind of song that truly saves people. It ain't got nothin to do with believin' in God, Mr. Cash. It has to do with believin' in yourself.".  Dan disitulah momen hidupnya berubah dia menyayikan lagu yang pernah di buatnya ketika di AU dulu, dan singkatnya pemilik dapur rekaman menyukai lagu itu.

Aku percaya bahwa setiap manusia memiliki turning point  atau setidaknya kesempatan untuk memilih mengikuti turning point atau tetap menjalani kehidupan semula. Coba bayangkan, jika Johny Cash hanya melihat saja studio musik tersebut dan tidak melakukan suatu apapun ? 

Kita bisa menebak, kita tidak akan pernah mengenal nama Rock Star Johny Cash. Aku masih muda, mungkin aku masih terlalu naif, tapi aku hanya ingin mengatakan kesempatan itu jangan dilewatkan, kadang dia daang dengan cara yang licik, dalam bentuk kemalangan dan kemalangan. Jadi, jangan pernah melewatkannya !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun