Mohon tunggu...
Mahendra TPP
Mahendra TPP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bonus Demografi: Berkah atau Musibah

27 Juni 2023   23:40 Diperbarui: 27 Juni 2023   23:44 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu Indonesia adalah negara dengan salah satu penduduk tertinggi no 4 di dunia dan kemungkinan besar jumlah penduduk ini akan terus naik di masa depan karena adanya bonus demografi. Nah pembaca pasti bertanya-tanya, apa itu bonus demografi? Bonus demografi adalah keadaan dimana negara mencapai suatu masa ketika penduduk yang berumur produktif lebih tinggi jumlahnya dari yang tidak produktif. Usia produktif pada saat bonus demografi adalah remaja-remaja pada saat ini. Semua remaja pada saat ini adalah harapan dan akan menjadi penerus bangsa ini, nasib bangsa ini akan tergantung dengan seperti apa pendidikan mereka saat ini.

Bonus demografi ini akan terjadi di Indonesia, tepatnya di tahun 2030 dimana penduduk masa sekarang banyak yang akan memasuki usia produktif pada tahun 2030. Bonus demografi dapat menjadi sebuah berkah bagi Indonesia jika dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik dan menjadi musibah jika tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Bonus demografi sebenarnya adalah salah satu rintangan bagi Indonesia, dimana kita harus dapat memanfaatkan dengan baik peluang ini untuk mendapatkan keuntungan dari berbagai sisi.

Bonus demografi merupakan peluang baik bagi Indonesia untuk mendorong percepatan pembangunan dengan dukungan dari sumber daya manusia (SDM) yang usianya produktif dan melimpah. Terutama karena pada tahun 2030, terdapat agenda penting dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Sejalan dengan tujuan tersebut, pemerintah Indonesia telah menetapkan Visi Indonesia Emas pada tahun 2045 dengan harapan generasi muda menjadi generasi yang produktif dan berkualitas.

Agenda pembangunan berkelanjutan tahun 2030 menekankan pentingnya mencapai tujuan-tujuan seperti pengurangan angka kemiskinan, pemerataan pendapatan, peningkatan kualitas pendidikan, perlindungan lingkungan, dan kesetaraan gender. Dengan memiliki bonus demografi, Indonesia memiliki keunggulan dalam mencapai tujuan-tujuan ini, karena dengan SDM yang berusia produktif kita dapat memanfaatkannya dalam berbagai sektor seperti sector ekonomi dimana saat ini semua perlu pembaharuan.

Visi Indonesia Emas tahun 2045 mencerminkan keinginan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju di berbagai aspek pada tahun tersebut. Untuk mencapai visi tersebut, sangat penting untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas dan produktif. Hal ini melibatkan pendidikan yang berkualitas, pelatihan keterampilan, pembangunan infrastruktur, dan penciptaan lapangan kerja yang layak.

Dengan memanfaatkan bonus demografi dan melaksanakan visi pembangunan berkelanjutan, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan posisi yang lebih kuat di tingkat global. Menko PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) mengingatkan akan bahayanya jika bonus demografi tidak dimanfaatkan dengan baik, terutama ketika negara memasuki masa dimana jumlah penduduk usia tua melebihi jumlah penduduk usia produktif (Aging Population). Peringatan ini menunjukkan pentingnya memanfaatkan potensi generasi muda dalam memanfaatkan bonus demografi, serta peran mereka dalam pembangunan nasional hingga tahun 2045. Apabila bonus demografi tidak dimanfaatkan secara optimal, dapat menghadirkan bencana yang serius bagi negara. Masa aging population akan menghadirkan tekanan pada sistem sosial dan ekonomi, termasuk peningkatan beban dalam hal perawatan kesehatan, sistem pensiun, dan keterbatasan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi dan mengelola transisi menuju masa ini.

Pendidikan saat ini tentunya berpengaruh bagi tahun yang akan datang namun jika tidak diimbangi dengan sistem yang baik, maka potensi-potensi yang ada saat ini akan tersia-siakan. Bonus demografi juga dapat tidak berarti, jika pendidikannya masih kurang dan kurangnya pelatihan bagi penduduk usia produktif. Yang mengakibatkan pengangguran di kalangan penduduk usia muda. Saya sering kali melihat video dimana berisi tentang standar-standar atau skill yang diinginkan oleh perusahaan di Indonesia tergolong tidak masuk akal, dimana seorang pekerja harus mampu mengerjakan hal lain yang bukan job desknya. Sehingga banyak yang memilih bekerja di luar negeri dimana mereka cenderung tidak dipaksa untuk mengerjakan hal yang diluar job desk mereka.

Dan sekarang ini banyak sekali dimana pemuda yang memiliki potensi tinggi lebih memilih untuk mencari pekerjaan diluar negeri karena kurangnya apresiasi dari negara. Hal ini juga dapat berpengaruh bagi bonus demografi di Indonesia, jika begini terus kemungkinan besar bonus demografi di Indonesia hanyalah angka dan bukan hal yang berarti.

Sebenarnya banyak sekali pelatihan kerja di Indonesia dari cara membuat kue, menjahit hingga memasang instalasi listrik, sayangnya pelatihan ini kurang efektif seperti yang di tulis di malang.jatimworknetwork.com, diakibatkan beberapa hal. Hal ini disebabkan oleh 5 hal : kurangnya komitmen dari tim manajemen, kurangnya komitmen dari karyawan, kurangnya tujuan yang jelas untuk program pelatihan, program pelatihan tidak dirancang dengan baik dan tidak sesuai dengan kebutuhan karyawan dan manajer, pelatihan tidak efektif atau efisien (Wahyu, 2022).

Ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun). Terdapat pula 84,53 juta jiwa (30,7%) penduduk yang masuk kategori usia tidak produktif. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2022 mencapai 5,86 persen. Jika dirinci, ada 8,42 juta pengangguran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan begitu, dari 100 orang angkatan kerja terdapat sekitar 6 orang penganggur. Masalah ini dapat dipecahkan dengan adanya pelatihan dari negara secara merata karena dapat meningkatkan jumlah penduduk yang usia produktif dan mampu bersaing perusahaan juga dapat menurunkan standar-standar yang dirasa terlalu tinggi agar para pencari kerja mampu bersaing dan tidak memilih pergi keluar negeri hanya untuk bekerja. (Kusnandar, 2022)

Pendidikan yang rendah juga dapat mempengaruhi tingkat pengangguran. Perlu kita ketahui, bahwa mayoritas tenaga kerja di Indonesia saat ini hanya mencapai jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini, menunjukan bahwa pendidikan setara SMP masih belum cukup untuk mengurangi jumlah pengangguran yang ada di indonesia. (Khairunnisa & Nurwati, 2021). Sementara pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA) juga tidak menjamin mendapat pekerjaan yang layak meskipun terbilang lebih tinggi dari jenjang SMP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun