Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menanti Kiriman Simbok

3 Februari 2021   21:09 Diperbarui: 4 Februari 2021   04:29 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu kegiatan rutin yang selalu kutekankan pada isteriku adalah agar tidak lupa untuk menelepon simbok. Setiap hari isteriku harus tahu bagaimana kabar beliau. Maklum semenjak bapak mertuaku meninggal keluargaku memang belum sekalipun menjenguk simbok karena adanya pandemi ini. Pasti beliau sangat kangen pada isteriku dan anak-anakku.

Selama bapak ada, sebenarnya simbok sama sekali belum pernah menggunakan handphone. Jadi ketika harus memperkenalkan alat tersebut untuk berkomunikasi ada sedikit kesulitan. Apalagi simbok tidak dapat membaca.

Pada awal-awal, selalu saja beliau salah memencet tombol. Sehingga isteriku harus beberapa kali menelpon ulang. Kendala lainnya, sinyal telepon di kampung kami di daerah Wonogiri juga sangat sulit. Sering kali percakapan terputus tiba-tiba. Sinyal televisi juga tidak bisa tertangkap jika tanpa parabola.

Beberapa hari lalu saat isteriku menelepon, simbok mengabarkan bahwa di kampung sudah panen padi. Dan beliau akan mengirimkan beras. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan sejak bapak mertuaku masih ada. Padahal kami tidak pernah meminta sekalipun. Tapi menurut mereka itu memang sudah menjadi jatah isteriku selaku anaknya.

Jika dulu, biasanya kiriman dititipkan lewat bus antar kota yang kebetulan terminalnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku tinggal mengambilnya saat pagi hari begitu busnya tiba. Biasanya aku minta dikirimkan di hari jum'at atau sabtu jadi aku bisa mengambilnya saat libur kerja.

Kalau sekarang ini pengiriman lebih sering dititipkan kepada truk pengangkut barang. Karena ternyata banyak juga orang-orang di kampung isteriku yang menitipkan barang-barang untuk anaknya yang tinggal di kota lain.

Anak-anakku paling tak sabar jika sudah mendengar ada kiriman dari neneknya. Mungkin sehari sampai sepuluh kali mereka menanyakan kapan sampainya kiriman tersebut.

Supir truknya jika diurut-urut seperti umumnya penduduk di kampung, masih terhitung saudara jauh isteriku. Biasanya ia akan menghubungi isteriku jika kendaraannya sudah keluar tol. Tapi karena harus beberapa kali mampir ditiap daerah untuk mengirimkan titipan, perjalanannya memang menjadi sedikit lebih lama.

Menurut isteriku truk tersebut akan tiba di poolnya sekitar pukul 7 malam. Jadi sebelumnya aku harus tiba lebih dulu agar tidak terlalu lama si supir menunggu.

Pukul 7 lewat sedikit aku sudah tiba di sana. Tak berapa lama truknya juga sampai. Ternyata kiriman simbok lumayan banyak juga terdiri dari satu karung besar dan satu kardus berukuran cukup lumayan.

Setelah berbasa-basi sejenak kami segera pamit untuk pulang. Menuju rumah tempat anak-anakku yang menunggu dengan tidak sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun