Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati, Penipu Dapat Masuk Melalui Pintu Pertemanan

27 Januari 2021   18:05 Diperbarui: 30 Januari 2021   21:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain memang umumnya membuat munculnya kedekatan secara emosional. Kita jadi merasa mengenal karakter dan sifat masing-masing. Hal ini membuat kita menaruh kepercayaan lebih kepada teman kita. Sering kali hubungan ini juga membuat kita lebih yakin untuk berbisnis dengan teman. Baik dalam bentuk kerja sama usaha maupun jual beli antar teman. Tapi tahukah anda bahwa pertemanan juga umum dijadikan sebagai pintu masuk bagi para penipu. Lho kok bisa? Simak kisahnya ya.

Seorang saudara isteri, sebut saja namanya, Mas Budi, semula adalah karyawan sebuah mal di Jakarta. Ia yang sudah jenuh bekerja untuk orang lain berniat membuka usaha sendiri. Sesuai pengalamannya ia memilih untuk membuka toko tas dengan menyewa tempat di sebuah pasar di Jakarta.

Awalnya ramai pembeli, Mas Budi bahkan mampu membeli mobil dari hasil penjualan tokonya. Ia memiliki dua orang karyawan saat itu. Namun lambat laun ternyata makin banyak toko yang menjual barang berjenis sama dengannya. Penjualan tokonya berkurang hingga akhirnya ia memutuskan untuk menutup tokonya.

Mas Budi kemudian banting setir. Dengan mobil yang dimilikinya ia membuka rental kendaraan. Saat itu ternyata sangat banyak orang yang membutuhkan sewa kendaraan. Bisnis inipun laris manis. Mas Budi mulai menambah armada kendaraannya dengan mengajukan kredit kendaraan. Sehingga total ada 3 mobil yang ia miliki saat itu.

Kemampuannya menjalin relasi dengan orang lain membuat ia memiliki banyak teman. Kendaraannya selalu ada saja yang menyewa setiap hari. Teman-temannya turut andil dalam mensukseskan usahanya dengan menyebarkan informasi rental mobil miliknya.

Suatu hari seorang temannya, sebut saja Farhan, menghubungi dan ingin bertemu dengan Mas Budi. Ia datang dan mengenalkan Mas Budi dengan seorang temannya sebut saja Irfan, yang mengatakan bahwa ia membutuhkan sejumlah kendaraan untuk operasional perusahaan.

Pembayaran yang dijanjikan lumayan menggiurkan. Mas Budi tentu saja sangat tertarik. Ia pun menyetujui penawaran tersebut. Karena sudah cukup lama mengenal Farhan, Mas Budi dengan mudah menaruh kepercayaan.

Selama beberapa bulan pembayaran berjalan lancar. Teman Farhan rutin menyetorkan kewajibannya. Mas Budi tentu sangat senang akan hal ini. Ia bahkan berencana membeli mobil lagi untuk menambah pemasukannya.

Selang beberapa lama ternyata pembayaran mulai tersendat. Irfan juga mulai sulit dihubungi, alasannya macam-macam jika ditagih. Hingga ujungnya telpon benar-benar tidak aktif dan Irfan menghilang.

Mas Budi kemudian mencoba bertanya kepada Farhan temannya mengenai keberadaan Irfan. Ternyata Farhan juga sudah lama tidak bisa menghubungi Irfan. Ketika dikonfirmasi ke perusahaan yang menyewa mobil, menurut mereka sudah beberapa bulan mobil-mobil tersebut tidak diperpanjang sewanya. Irfan juga sudah membawa kembali semua mobil tersebut.

Irfan ternyata berperan sebagai orang ketiga dalam proses sewa menyewa tersebut. Dan perusahaan, diminta Irfan melakukan pembayaran secara Cash. Perusahaan tersebut juga tidak kenal dekat dengan Irfan. Praktis Irfan berhasil kabur dengan membawa 3 mobil milik Mas Budi.

Kasihan Mas Budi sampai harus menjual rumahnya demi untuk melunasi hutang kredit kendaraannya dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Karena saat sumber pemasukannya hanya dari rental mobil miliknya.

Selain Mas Budi, Anjar, temanku pernah tertipu melalui jalur pertemanan ini. Berawal dari salah satu saudaranya yang memberi info bahwa salah satu teman kerjanya ada yang akan menjual mobil dengan harga murah.

Anjar yang langsung tertarik segera meminta saudaranya untuk menghubungkan dengan temannya tersebut. Berdasarkan informasi ternyata yang akan dijual adalah mobil milik tetangga sang teman. Tanpa buang waktu Anjar segera datang ke rumah si penjual karena takut keduluan pembeli lain.

Sesampainya disana Anjar bertemu dengan Anton yang menurut info akan menjual mobil. Setelah berbicara panjang lebar ternyata mobil itu adalah milik temannya yang lain juga bernama Jefri, yang berhutang sejumlah uang kepada Anton. Mobil itu dijadikan sebagai jaminannya. Karena sudah tidak mampu membayar hutangnya maka mobil itu akhirnya dijual.

Anjar yang mendengar hal tersebut mulai ragu-ragu karena jalan ceritanya yang sepertinya ruwet. Ia sempat berfikir membatalkan rencana pembelian tersebut. Apalagi surat kendaraan yang ada ternyata hanya STNK dan nama yang tertera juga bukan atas nama Jefri. Sementara BPKB menurut Anton masih dipegang oleh Jefri.

Anjar kemudian meminta Anton untuk menghubungi Jefri agar ia bisa bertemu. Sekaligus memastikan mengenai BPKB tersebut. Anton berjanji akan mempertemukan dengan Jefri keesokan harinya.

Besoknya Jefri ternyata datang ke rumah Anton. Anjar langsung bertanya mengenai keberadaan BPKB mobil yang akan dijual. Jefri menerangkan bahwa ia sebenarnya bukanlah pemilik langsung mobil tersebut. Menurutnya ia hanya dimintai tolong untuk mencarikan uang karena si pemilik yang katanya seorang dokter, sedang butuh dana, dan jaminannya adalah mobil itu.

Mendengar cerita tersebut, Anjar mulai berfikir ulang. Terlalu rumit dan sepertinya status mobil tersebut agak meragukan. Karena terlalu panjang jalur kepemilikannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membatalkan niatnya untuk membeli mobil tersebut. Anjar kemudian memilih untuk pulang ke rumah.

Setelah saat itu, beberapa kali Jefri menghubunginya lewat telpon dan mencoba membujuknya. Tapi Anjar tidak tertarik lagi. Ia malah semakin curiga akan tindak-tanduk Jefri.

Belakangan Anjar baru tahu dari saudaranya bahwa Jefri adalah seorang penipu. Anton telah menjadi korbannya. Mobil yang dijadikan pinjaman tersebut ternyata dicuri Jefri dari pemiliknya. Si pemilik juga ternyata bukanlah seorang dokter.

Modusnya ternyata lebih rumit lagi. Dari si pemilik tidak langsung beralih tangan kepada Jefri. Melainkan melalui jalur teman si pemilik, Iwan. Jadi si pemilik menjadikan kendaraannya sebagai taksi daring yang dijalankan oleh Iwan. Iwan ini ternyata malah menyerahkan lagi mobil tersebut untuk dijalankan bergantian dengan Jefri.

Melihat ada kesempatan Jefri kemudian membawa kabur mobil tersebut. Karena mungkin sulit untuk menjualnya langsung karena orang pasti menanyakan BPKB nya. Maka ia menjadikan mobil tersebut sebagai jaminan pinjaman untuk memperoleh sejumlah uang.

Para penipu ini sangat pintar meyakinkan orang dengan caranya berbicara dan bersikap. Tak jarang untuk dianggap sebagai teman dekat ia akan berusaha membuat seseorang berhutang budi dengannya. Menurut ceritanya, Jefri sempat membiayai persalinan isteri Iwan saat ia sedang tidak punya uang sama sekali. Makanya ia sangat percaya pada Jefri dan meminjamkan mobil untuk berbagi giliran menarik taksi daring.

Melalui jalur pertemanan inilah si penipu dapat mengenal teman-teman lainnya yang akan memperluas jaringan korbannya. Kepercayaan akan mudah di dapat jika melalui jalur ini. Padahal ujung-ujungnya bisa saja itu hanyalah tipuan yang akan membuat kita mengalami kerugian dan kehilangan.

Tidak semua teman memang berniat negatif kepada kita banyak juga yang bersikap tulus dan jujur apa adanya. Tapi bersikap hati-hati dan tidak mudah percaya rasanya juga harus selalu kita terapkan. Terutama saat kita memutuskan untuk berbisnis ataupun melakukan aktivitas lain dengan teman. Jangan sampai nantinya berujung pada penyesalan.


Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun