Menjalin interaksi sosial dalam menjalani kehidupan ini adalah kebutuhan setiap individu. Sebagai makhluk sosial kita memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain baik itu keluarga, tetangga ataupun teman. Semandiri-mandirinya seseorang dia pasti membutuhkan orang lain.
Dalam situasi normal tentu sudah terbiasa kita melihat anak kita berkumpul bersama teman-temannya. Bermain bola bersama di lapangan. Tertawa bersama di depan rumah kala mereka dengan riang asyik bercanda sembari akrab berangkulan.
Di masa pandemi ini semua aktivitas seolah di reset ulang. Di format dalam bentuk baru hingga kedekatan fisik seolah berubah jadi tabu dan berbahaya. Bahkan berkumpul bersama dengan banyak teman menjadi pelanggaran berat yang dapat beresiko melanggar hukum.
Aktivitas anak-anakku sehari-sehari masih belum berubah sejak awal pandemi. Kegiatan bersekolah masih dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh. Mulai dari belajar, mengerjakan pr dan ulangan. Komunikasi dengan guru hanya dilakukan melalui whatsapp.
Dengan teman-teman sekolah juga sudah jarang sekali kulihat anakku berhubungan. Sesekali mungkin ada satu dua temannya yang menanyakan kabar dan kondisi kesehatan terutama ketika anakku sempat di isolasi di rumah singgah dinsos karena Covid sebelumnya.
Jika dipikir-pikir kasihan juga anakku. Pasti ia merasa bosan luar biasa. Kerinduannya untuk bermain bersama pasti sulit untuk ditahan. Di umur-umur seperti dia memang umumnya masih senang-senangnya bermain dan bergerak bebas.
Sebelumnya anakku masih bisa bermain bersama teman-teman walaupun terbatas di lingkungan dekat rumah. Karena kebetulan perumahanku juga menutup beberapa akses keluar masuk demi mengurangi dampak penyebaran virus Corona.
Sejak tertular virus kemarin aku memang masih melarangnya untuk keluar rumah. Aktivitas pengajian anakku juga terhenti. Tapi aku tetap mewajibkannya untuk menyetorkan kewajiban khatamannya untuk membaca Al Qur'an 1 Juz per hari kepada Pak Ustadz melalui group whatsappnya.
Menonton tayangan televisi menjadi salah satu hiburannya. Bermain game online melalui gawai terpaksa juga tidak bisa dihindari. Sarana ini menjadi salah satu hiburannya untuk dapat melepas kerinduannya bermain bersama teman-temannya. Mereka dapat saling bercakap-cakap dan terkadang bercanda dan tertawa bersama.
Penyebaran virus Corona memang kian meningkat di lingkungan kami. Hal ini juga membuat banyak keluarga di sekitar rumah membatasi ruang gerak mereka. Mulai jarang yang terlihat keluar rumah, berkumpul dan mengobrol jika memang tidak perlu sekali.
Anak-anak di lingkunganku mulai banyak yang dilarang keluar rumah. Sehingga sudah jadi pemandangan umum jika terlihat anak-anak saling bercakap dan bercanda dari balik pagar rumah masing-masing. Mereka terkadang saling teriak memanggil untuk berbincang.
Keunikan ini mungkin hanya terjadi di masa pandemi. Bentuk pagar menentukan bagaimana cara mereka memposisikan diri. Ada anak yang berbincang sambil duduk di atas pagar, ada juga yang berdiri diatas bangku di balik pagar rumahnya. Untuk yang rumahnya tingkat dua, si anak berkomunikasi dari lantai atas tersebut.
Entah sampai kapan pandemi ini akan berlalu. Jumlah penderita semakin hari terus meningkat pesat. Selama hal ini belum berakhir sepertinya anak-anak harus terus beradaptasi untuk dapat tetap menjalin hubungan perkawanan walaupun sambil menjaga jarak.
Sabar ya nak. Kita sama-sama berdoa pandemi cepat berlalu, semoga keadaan dapat pulih lagi dan kembali seperti semula.
Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H