Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Boy Playboy

15 Januari 2021   20:32 Diperbarui: 15 Januari 2021   20:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hallo, bisa bicara dengan Maya"
Bermodal suara serak basah menggoda. Boy menelusuri buku catatan bertuliskan nama-nama. Hasil mengumpulkan nomer telepon dari sejumlah teman-temannya.

Uang logam adalah senjata ampuhnya. Dan telepon umum koin adalah tempat favorit untuk bercengkrama. Mengumbar jutaan rayuan gombal. Yang membuat hati para wanita terpental-pental.

Kulit coklat seperti warna buah sawo. Rambut hitam yang cenderung kribo. Tak perlu wajah tampan rupawan. Karena saat menelepon tampang pun tak akan mungkin kelihatan.

Boy selalu punya cara menghindar. Kala para wanita mulai kesengsem dan mengejar. Mereka penasaran akan tampang bersuara memikat. Yang tak henti menghujani pujian penuh jerat.

Melangkah penuh gaya. Tangannya melempar-lempar uang logam di jarinya. Tak sadar di depan ada sebuah lubang menganga. Cus, sukses terporosok masuk lubang yang tak jelas dalamnya.

*****

Berputar-putar bak labirin. Membuat kepala pusing seperti habis dipilin. Menggosok-gosok mata seolah tak percaya. Melihat tempat yang belum pernah dilihat sepanjang hidupnya.

Gemerlap lampu kota. Dan jalan yang penuh kendaraan modern menyolok mata. Dalam tangannya tergenggam benda aneh kotak berlayar kaca. Yang menarik perhatiannya.

Di bolak-balik penuh tanya. Pencet sini pencet sana. Layar kaca tiba-tiba menyala. Membuat ia hampir saja membantingnya. Hmm, Sebuah gawai rupanya.

Ingin tahu membuat ia menggores-goreskan jari ke layar. Mencoba mengerti arti setiap tampilan gambar. Nama-nama yang dikenalnya mendadak tampil. Tak sengaja satu nama pun ia sentil.

Seraut wajah cantik mendadak muncul. Di balik layar yang seolah memantul.
"Boy, wajahmu jelek betul"
Ujar sang gadis yang langsung mematikan gawai sambil tersenyum simpul.

Boy panik bukan kepalang. Karna wajahnya mendadak dengan mudah dipandang. Tak sadar tombol panggilan group tertekan. Dan wajah sejumlah gadis kembali bermunculan.

Terdengar tawa cekikikan. Mengejek playboy yang bermuka pas-pasan.
"Edan. Wajah jelekku ketahuan"
Mendadak Boy pun kehilangan kesadaran.

*****

Sebelum ia benar-benar sukses jatuh pingsan. Sebuah tangan bangunkan ia dari ketiduran.
"Hayo mau kabur kemana kau copet, handphoneku kembalikan"
Rupanya ada pelacak yang buat Boy masuk pantauan.


Ah, teknologi memang sialan.

Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun