Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syekh Ali Jaber, Membaca Ulang Pelajaran Penting tentang Takdir dan Kematian

15 Januari 2021   10:39 Diperbarui: 15 Januari 2021   10:42 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Takdir dan kematian adalah rahasia Illahi yang tak pernah dapat kita ketahui. Tak ada satu manusiapun yang mampu menebak secara persis apa yang akan terjadi hari ini dan juga hari esok. Karena semua adalah hak prerogatif dari Sang Pencipta untuk menentukan semuanya.

Kemarin masyarakat umum dan umat muslim khususnya dikejutkan dengan kabar duka. Tentang kematian ulama karismatik asal Madinah, Syekh Ali Jaber. Berita ini tentu sangat mengejutkan dan menyedihkan bagi banyak kalangan yang sangat mengagumi dan mencintai beliau dan dakwahnya.

Syekh Ali Jaber adalah ulama asal Madinah yang telah menjadi warga negara Indonesia. Pria kelahiran tahun 1976 ini sudah hafal Qur'an 30 juz sejak umur 10 tahun. Dan pada umur 13 tahun sudah dipercaya untuk menjadi imam di masjid Madinah.

Cara berdakwahnya yang tenang dan santun membuatnya mudah diterima masyarakat Indonesia. Selain itu hubungan baik yang terjalin dengan para ulama yang ada di Indonesia juga membantunya untuk cepat beradaptasi dengan beragam karakter umat muslim di negeri ini.

Perjalanan hidupnya dalam berdakwah yang penuh dengan lika-liku peristiwa hingga wafatnya. Membawa banyak pelajaran penting. Terutama tentang bagaimana menyikapi takdir dan kematian andai kita mau membaca dan mempelajarinya lebih jauh.

Masih terbayang diingatan saat berita menghebohkan yang menimpa beliau. Kala menjalankan dakwahnya di kota Bandar Lampung. Waktu itu sekitar bulan September tahun lalu. Seorang pria tak dikenal telah melakukan percobaan pembunuhan terhadapnya.

Dengan sebuah pisau di tangan. Si pria tak dikenal tersebut naik ke atas panggung. Syekh Ali yang saat itu sedang berdialog dengan salah satu yang hadir. Tidak menyadari bahaya yang sedang mengincarnya. Sebuah sabetan pisau nyaris membelah leher Syekh Ali. Tapi Allah rupanya memberikan gerak refleks padanya. Tanpa sadar beliau bergerak menghindar ketika pisau tersebut menuju lehernya. Nyawanya selamat namun Syekh Ali harus merelakan tangannya terluka cukup dalam karena menangkis serangan tersebut

Disini Syekh Ali mengajarkan dalam contoh nyata bagaimana menyikapi setiap peristiwa yang menimpa kita. Jika orang lain yang mengalami hal ini mungkin beliau akan marah dan membiarkan massa yang ada saat itu untuk menghakimi si pelaku mungkin sampai mati. Tapi Syekh Ali justru memaafkan si pelaku bahkan melerai dan meminta jamaahnya untuk berhenti memukulinya.

Pelajaran penting lain yang dapat kita baca dari wawancara beberapa media massa dengan beliau adalah tentang bagaimana cara beliau memandang musibah tersebut. Beliau lebih melihat pada sisi positifnya bahwa Allah telah menyelamatkannya. Tidak terlihat kekhawatiran atau kecemasan di wajahnya.

Takdir yang mungkin di mata orang lain buruk yang telah menimpanya. Dipandang biasa-biasa saja olehnya. Sama halnya dengan takdir baik seperti ketenaran yang telah diterimanya juga tak merubah sikap rendah hatinya. Tak ada pula perasaan cemas dan takut terpancar dari matanya akan kematian yang padahal nyaris saja menjemputnya.

Di masa pandemi saat pendapat masyarakat terpecah menjadi dua antara yang percaya adanya Covid dan yang menganggap Covid adalah omong kosong belaka. Beliau memilih untuk tetap mematuhi protokol kesehatan di setiap dakwahnya. Namun juga tidak lalu membuat dirinya takut maupun cemas berlebihan terhadap pandemi ini. Baginya ikhtiar tetaplah utama dalam menjemput takdir.

Saat kemudian Allah menakdirkan bahwa beliau harus terpapar virus ini. Syekh Ali Jaber tak lupa akan keutamaan doa dalam penanganan medisnya. Dengan kerendahan hati beliau meminta semua pencintanya untuk mendoakan kesembuhan. Lagi-lagi beliau menunjukkan pelajaran penting bahwa ikhtiar maksimal itu perlu disertai doa yang maksimal juga.

Jika melihat dari dua peristiwa ini. Allah seperti ingin mengujinya dengan melihat bagaimana sikap beliau menghadapi ujian-ujian yang menyerempet maut. Percobaan pembunuhan dan juga penyakit ganas Covid yang sudah banyak menelan korban nyawa.

Rangkaian peristiwa tersebut seperti gambaran nyata akan kekuasaan Allah. Betapa Allah itu Maha Menyelamatkan, Maha Menyembuhkan dan Maha Mematikan.

Saat peristiwa penusukan, Allah telah menyelamatkan Syekh Ali Jaber dari kemungkinan kematian yang pertama. Ketika kemudian virus Covid-19 menjangkiti tubuhnya ternyata Allah juga masih berkenan menyembuhkannya. Karena menurut informasi, kondisi beliau sudah sempat membaik dan hasil swab juga sudah dinyatakan negatif Covid. Ini berarti Allah juga sudah meloloskannya dari kemungkinan kematian yang kedua.

Tapi kematian memang adalah rahasia Illahi. Setelah menguji sikap terbaik Syekh Ali Jaber dalam menghadapi dua peristiwa berat di dalam perjalanan hidupnya. Sepertinya Allah telah meluluskannya dari ujian kehidupan. Malaikat maut ternyata sudah diminta untuk menjemputnya. Menemui Sang Khalik dan Rasul-Nya yang sangat dicintainya. Yang tak pernah lepas terucap dalam pujian dari bibirnya saat mengucapkan doa dan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an.

Pelajaran-pelajaran penting yang beliau tunjukkan merupakan contoh terbaik bagaimana menghadapi dan menyikapi takdir baik maupun buruk dan juga menghadapi sebuah kematian.

Selamat Jalan Syekh Ali Jaber semoga husnul khotimah. Dan di lapangkan alam kuburnya dalam naungan Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.

Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun