Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Cerita Rakyat] Batu Kuwung, Nasihat Bijak tentang Sikap dan Perilaku di Masa Pandemi

10 Januari 2021   17:12 Diperbarui: 10 Januari 2021   17:14 10495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Rakyat adalah Cerita atau Legenda yang berkembang di kalangan masyarakat suatu daerah secara turun temurun. Biasanya terkait dengan asal-usul suatu tempat ataupun benda yang ada di wilayah tersebut.

Salah satu cerita rakyat yang berkembang dan cukup terkenal di masyarakat Banten adalah cerita tentang sebuah tempat yang bernama Batu Kuwung.

Batu Kuwung adalah sebuah obyek wisata pemandian air panas. Letaknya sekitar 32 km arah selatan Serang, berada di Batukuwung, Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Arti batu kuwung sebenarnya adalah batu cekung. Dalam hal ini batu kuwung berwujud sebuah batu berbentuk cekung namun dapat mengeluarkan air panas.

Sumber : takterlihat.com(triptus.com)
Sumber : takterlihat.com(triptus.com)
Cerita rakyat Batu Kuwung berawal dari kisah hidup seorang saudagar kaya namun kikir yang hidup di masa Sultan Haji (sekitar tahun 1683-1687 M). Sifat tamak dan kikir saudagar ini sangat terkenal ke seantero negeri.

Kabar tersebut sampai juga ke telinga seorang yang sakti. Orang sakti itu pun kemudian memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pengemis pincang. Dia mencoba memohon bantuan pada saudagar. Namun ternyata saudagar malah mengusir si pengemis pincang itu dengan kasar.

Si pengemis merasa sangat tersinggung dan tidak terima dengan perlakuan yang diberikan saudagar. Kemudian si pengemis pun mengutuk, ia berkata bahwa saudagar akan merasakan rasa lapar dan menderita sama seperti apa yang dirasakan pengemis tadi.

Benar saja, ketika keesokan harinya, saudagar bangun dari tidurnya dengan kondisi kaki lumpuh. Karena merasa banyak harta akhirnya dia membuat pengumuman dan mengundang banyak tabib untuk mengobati penyakitnya. Namun tak satupun tabib yang mampu menyembuhkannya.

Di tengah keputusasaan datanglah si pengemis pincang kepadanya. Ia mengatakan semua ini adalah buah dari sifatnya yang kikir. Saudagar pun tersadar akan kesalahannya dan berucap janji bahwa dia akan memberikan separuh hartanya untuk orang lain yang membutuhkan asalkan bisa sembuh.

Mendengar itu si pengemis pincang berujar agar si saudagar pergi ke kaki Gunung Karang. Kemudian ia harus mencari sebuah batu cekung. Disana ia harus menjalani tapa di atas batu cekung tersebut selama 7 hari.

Dengan dibantu oleh anak buahnya, saudagar itupun pergi. Setelah menemukan tempat yang dimaksud dia pun menjalankan tapanya selama 7 hari. Anehnya, setelah 7 hari, batu tempat saudagar bertapa tersebut mendadak mengeluarkan mata air panas.

Saudagar akhirnya memutuskan untuk mandi di sumber mata air itu. Tak lama setelah itu ternyata kakinya pulih dan mampu digerakkan kembali. Begitulah asal mula dari sumber mata air panas yang dikenal dengan nama Batu Kuwung yang telah menjadi salah satu obyek wisata cukup terkenal di Banten.

*****

Cerita ini memiliki banyak sekali pesan moral dan nasihat bijak yang memiliki relasi dengan kondisi kita yang sedang menghadapi pandemi. Hal ini bisa terlihat dari penggambaran di dalam cerita ini dan sikap dan perilaku yang terjadi selama bencana covid-19 ini berlangsung.

Betapa ujian penyakit seperti yang di derita saudagar kaya dalam cerita ini juga berlangsung di masa ini. Membuat orang-orang yang boleh dikatakan selama ini menggenggam dunia ternyata tak berdaya ketika virus ini menggerogoti tubuhnya. Mulai dari orang kaya, artis, pejabat, agamawan bahkan sekelas presiden tak mampu kebal dari virus ini.

Dan bentuk ketidak berdayaan tersebut juga bukan hanya dalam wujud manusia, negara sebagai lingkup terbesar manusia di dunia pun di buat lumpuh olehnya. Negara-negara adidaya sekalipun yang selama ini boleh dikatakan mengagungkan kekuatan dan kebesaran berbagai teknologi dan ekonominya terbukti harus mengakui kelemahannya menghadapi serangan virus covid-19.

Sifat-sifat sombong, kikir dan tamak adalah penyakit-penyakit hati yang umum dimiliki oleh manusia, terutama yang merasa telah memiliki dunia. Pada saat mereka sakit maka akan terasa betapa ia ternyata masih membutuhkan bantuan orang lain.

Sakit menjadi semacam sentilan dari Sang Maha Kuasa agar manusia sadar betapa berharganya kesehatan. Sering kali manusia terlupa dan sibuk mengejar dunia tanpa peduli lagi akan nilai-nilai kesehatan.

Cerita ini juga memberikan kita nasihat untuk 'bertapa' menyepikan diri. Hal ini bisa diartikan mengisolasikan diri ataupun membersihkan diri dari berbagai pikiran negatif. Karena pikiran yang positif adalah menjadi salah satu hal penting yang digaungkan oleh berbagai pakar untuk melawan virus covid-19.

Satu hal penting lain yang dinasihatkan oleh cerita ini adalah pentingnya peduli dan berbagi. Di tengah porak porandanya ekonomi dunia karena bencana pandemi. Hanya ada satu jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada, yaitu sikap saling peduli dan berbagi.

Saat ini kepedulian untuk membeli di warung tetangga ataupun kegiatan saling membeli produk jualan yang ditawarkan orang-orang di lingkungan terdekat terbukti mampu memperpanjang nafas perekonomian di masyarakat. 

Apalagi jika sikap ini menjadi program nasional untuk mengutamakan produk-produk dalam negeri rasanya akan semakin cepat kita bangkit dari keterpurukan ekonomi. Semoga.

Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna

Sumber: satu dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun