Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Belajar, Pertaruhan Antara Efektivitas dan Risiko Tatap Muka

3 Januari 2021   15:39 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:53 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengumuman dari Menteri Nadiem Makarim tentang 'Kembali Belajar' melalui pembelajaran tatap muka pada awal Januari masih belum jelas bagaimana nanti realisasinya. Mengingat penyebaran pandemi yang kian meningkat di sebagian besar daerah di Indonesia setiap harinya.

Perkembangan issue terbaru mengenai mutasi virus Covid-19 yang kian ganas penyebarannya menjadi salah satu wacana yang dibahas para ahli. Kabarnya virus ini juga semakin sulit dideteksi karena gejalanya yang makin sulit dibedakan dengan orang yang sehat.

Seperti dikutip dari Kumparan.com dalam proses 'Kembali Belajar' setidaknya ada 8 daerah yang sudah memastikan untuk menunda pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada tgl. 4 Januari besok. Antara lain DKI Jakarta, Kabupaten Karawang, Kota Depok, Kota Tangerang, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kota Denpasar dan Kota Jayapura. Alasannya tentu saja karena wilayah-wilayah tersebut masih termasuk zona penyebaran virus yang cukup tinggi.

Efektivitas Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Jika ditinjau dari efektifitas, memang pembelajaran tatap muka masih memperoleh posisi di atas pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Penyampaian materi yang dilakukan di muka kelas tentu akan lebih memudahkan seorang murid untuk menyerapnya. Pengajar juga bisa memastikan apakah muridnya menyimak dan mengerti ilmu-ilmu yang disampaikan.

Pendidikan moral dan karakter bisa lebih ditekankan dalam PTM dengan mengawasi dan memahami sikap yang ditunjukkan oleh setiap siswa. Selain itu segala pelajaran yang mengharuskan segi praktek langsung di dalamnya lebih mudah untuk diserap dan dimengerti oleh siswa.

Untuk penerapan PJJ membutuhkan peran lebih orang tua dalam mendampingi anak-anaknya terutama yang berada di kelas SD maupun SMP. Karena bukan hanya anak yang harus belajar, tapi orang tua harus mulai mengingat ulang dan membaca materi yang diberikan seorang guru agar ia dapat menerangkan kembali kepada anaknya.

Tidak semua orang tua mungkin memiliki waktu luang, pengetahuan dan ketelatenan untuk menjadi mitra guru di rumah. Komunikasi anak dengan orang tua pasti berbeda dengan komunikasi guru dan siswa. Sering kali orang tua bersikap cenderung lebih permisif yang membuat proses belajar kurang efektif. Diperlukan kesamaan dalam ketegasan dengan sang guru dalam proses ini.

Dibutuhkan kreatifitas penyampaian materi dari seorang guru dan ketelatenan orang tua dalam menyatukan misi pembelajaran agar PJJ dapat diserap dengan baik oleh sang siswa.

Resiko Pembelajaran Tatap Muka

Agar adil mari kita lihat kembali resiko dari pembelajaran tatap muka. Sampai saat ini berdasarkan penelitian, anak-anak termasuk salah satu kelompok yang rentan tertular Covid-19 di samping orang tua dan orang-orang yang memiliki penyakit bawaan.

PTM yang membuat anak banyak berinteraksi dengan orang dan lingkungan luar tentu mengundang bahaya yang cukup besar untuk tertular virus ini. Walaupun mungkin pemerintah dan tenaga pengajar sudah mempersiapkan berbagai protokol kesehatan untuk antisipasinya.

Pengawasan untuk seluruh siswa yang jumlahnya beberapa kali lipat dari jumlah tim pengajar tentu menjadi kendala tersendiri. Tak mungkin pengajar mengawasi seluruh siswa dan kelas setiap waktu selama proses belajar mengajar. Pemantauan siswa yang ternyata sudah terpapar virus Covid-19 juga tidak mudah mengingat semakin tersamarnya gejala penderita. Tidak semuanya dapat dideteksi dari pengukuran suhu maupun gejala batuk dan pilek.

Jika ditinjau dari segi resiko dan keamanan tentu PJJ masih di atas PTM. Anak akan lebih terjaga keselamatannya dengan tetap belajar dari rumah. Membatasi interaksi dengan dunia luar masih menjadi pilihan efektif mencegah penyebaran virus ini.

Semua memang tergantung pada situasi yang berkembang di masing-masing daerah. Untuk daerah yang menyandang status zona hijau dan tidak ada penderita Covid sepanjang data tersebut dapat dipertanggung jawabkan maka kiranya layak dipertimbangkan untuk melakukan PTM. Orang tua juga masih diberikan kebebasan untuk memilih untuk melakukan PJJ jika memang keberatan anaknya hadir di sekolah.

Lebih tepat memang jika dimantapkan lagi sistem pengajaran jarak jauh dengan segala kelemahannya. Dengan lebih melibatkan lagi kreatifitas, kerja sama dan kelegawaan guru dan orang tua untuk mendampingi dan mengawasi putera dan puterinya belajar di rumah.

Perdebatan ini rasanya masih akan terus berlangsung selama pandemi ada dan belum ditemukan solusi untuk mengatasinya secara tuntas. Namun rasanya tidak layak mempertaruhkan antara efektifitas dan resiko karena bagaimanapun keselamatan seseorang dalam hal ini putera dan puteri kita adalah di atas segala-galanya.

Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun