Angin mendesau
Menyelusup di sela-sela daun jendela
Membawakan pesan
Semilir pada kulit yang kian membiru
Tentang perjalanannya seharian menjelajahi kota
Dingin,
Angin itukah yang membuatmu
Meringkuk di balik selimut awan tebalmu
Lalu mengapa sudut matamu berkilau cahaya?
Kabar apa yang tlah ia bawa
Tak bosankah ia membawakan sekeranjang duka
Atau berita tentang dia yang kembali ingkar janji
Tuk menghiasi angkasa
Kemarin kau katakan
Malam ini kan kau cicipi kesunyian
Bersamanya
Sampai kokok ayam jantan
Pertanda fajar tiba
Kemana nyanyian ceria yang kau bawakan seusai petang
Dingin,
Tak kudengar suara
Dalam senyap
Samar ku lihat rembulan
Menitikkan air mata di balik awan hujan
Karena malam ini
Sang bintang enggan menjumpai lagi kekasihnya
Menutup diri dalam jubah gulita angkasa
Hanya tetesan-tetesan air yang kian lebat
Membasahi tubuhku yang menyatu dalam pekatnya tanah
Kembali kulihat langit tanpa bintang dan rembulan
Dingin
Tangerang, Desember 2020
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H