Pagi ini ada yang berbeda dari hari-hari belakangan. Jika biasanya hujan turun di sore hari, kali ini saya harus berangkat kerja sambil begerimis ria. Menikmati tetesan-tetesan air yang turun dari langit bercampur dengan cipratan lumpur dan debu trotoar.
Jika melihat langit yang tertutup awan-awan gelap secara merata sepertinya gerimis ini akan berlangsung awet sampai sore. Tapi saya juga tidak tertarik untuk mencocokkan seberapa akurat prediksi saya dengan melihat ramalan resmi dari BMKG. Yang penting hujan tidak turun terlalu deras sehingga tidak terjadi banjir yang akan menyulitkan saat pulang kerja nanti.
Gerimis memang terkadang memiliki arti yang berbeda bagi masing-masing orang. Sehingga banyak cerita dan puisi indah yang lahir dari situasi ini dengan berbagai macam pernak-pernik yang menyertainya.
Andai saya kemudian tertarik untuk membuat tulisan tentang tafsir gerimis berdasarkan jenis-jenisnya dan rasa yang tertinggal, ini tentunya jangan dianggap terlalu serius atau dipercayai kebenarannya. Karena tulisan ini sebenarnya hanya sekedar keisengan untuk menemani aktifitas minum kopi sambil menikmati gerimis.
1. Gerindang
Agar lebih enak menyebutnya saya singkat menjadi Gerindang atau Gerimis Mengundang. Hehehe.
Merasa familiar dengan gerimis yang ini? Tepat sekali istilah ini memang diambil dari judul lagu pop melayu yang sempat populer di era 90-an. Dinyanyikan oleh group band dari Malaysia, Slam.
"Kusangkakan panas berpanjangan...Rupanya gerimis, rupanya gerimis mengundang...."
Saya sendiri sebenarnya kurang mengerti persis arti dari gabungan dua kata bahasa melayu tersebut gerimis mengundang, mungkin nanti ada pembaca yang bisa membantu menjelaskan ya. Hehe. Tapi untuk memudahkan maka saya gunakan istilah tersebut untuk menggambarkan situasi seperti pada lirik lagunya.
Gerimis yang datang tiba-tiba tanpa diduga padahal cuaca sebelumnya adalah panas terik. Dalam hal menyangkut perasaan, gerimis ini menggambarkan perasaan patah hati saat diputus secara mendadak oleh kekasih yang semula diduga sama-sama mencinta. Bisa juga menggambarkan kekecewaan karna cinta bertepuk sebelah tangan. (Tolong jangan dibayangkan ya bagaimana caranya bertepuk hanya dengan sebelah tangan).
2. Gerinda
Jangan salah baca ya ini bukan nama partai ataupun alat potong pertukangan. Gerinda merupakan singkatan dari Gerimis Rindu Melanda.
Jika saat gerimis tiba-tiba anda ingat dan merasakan kangen kepada orang yang anda sayang atau pernah anda sayang (baca: mantan). Berarti saat itu sedang turun Gerinda.
3. Gertara
Gertara atau Gerimis Cinta Membara. Rintik hujan yang membawa benih-benih cinta yang terkadang getarannya mampu mengguncang dada. Biasanya gerimis ini mengiringi pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta. Berpayung berdua di tengah gerimis yang membuat dunia seakan milik berdua. Menghitung butiran air yang terjatuh di ujung payung sembari berpegangan tangan. Ah, indah rasanya.
4. Gerisamo
Gerisamo singkatan dari Gerimis Saat Demo. Gerimis ini biasanya muncul saat ada sekelompok massa yang berkumpul. Biasanya terjadi saat ada demonstrasi terkait issue politik ataupun adanya konser musik. Jika kita perhatikan sering gerimis terjadi saat ada massa dalam jumlah banyak di suatu tempat. Dan gerimis ini bisa memiliki dua interpretasi keberhasilan atau kegagalan seorang pawang hujan.
Jika gerimis terjadi saat konser musik ini pertanda ritual pawang hujan telah gagal tapi jika gerimis terjadi saat demonstrasi politik sedang memanas bisa jadi itu pertanda pawang hujan telah berhasil melakukan ritualnya untuk menghalau konsentrasi massa. Hehe.
5. Gerila
Bukan Gorilla ya tapi Gerila atau Gerimis Kehilangan. Gerimis yang mengiringi kepergian seseorang, baik untuk waktu sementara atau selamanya. Sering kali terjadi di saat kematian orang dekat atau orang yang kita sayangi.
6. Germat
Germat atau Gerimis Nikmat. Gerimis yang turun disaat seseorang pasangan sedang memadu kasih. Umum terjadi pada pasangan baru menikah ataupun telah lama menikah. Saya tidak perlu menjelaskan secara detil kenapa saya sebut nikmat ya. Takut terkena sensor. Cukup tahu sama tahu saja tapi tidak perlu sama tempe ya.
Berhubung gerimisnya sepertinya sudah ingin mereda terpaksa saya sudahi tulisan saya ini. Karena jika diteruskan takut tambah ngaco karena tentu masih banyak lagi tafsir gerimis yang mungkin pembaca pernah rasakan juga.
Sekali lagi saya ingatkan ini cuma tulisan ringan dan bukan ilmiah jadi pembaca tak perlu bersusah payah membuka literatur ataupun browsing di mbah google untuk mencari dasar penelitian dari para ahli mengenai tulisan saya. Karena sudah pasti tidak ketemu. Hehe. Sudah dulu ya.
Oh iya. Saat ini, kalau saya sih sedang Gerinda. Kalau kamu?
Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI