Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Tunggu Suaraku Bertiwikrama

3 November 2020   09:36 Diperbarui: 3 November 2020   09:42 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah kuingatkan jangan kau ikuti bisikan ibu suri. Keinginannya tuk bangkitkan kerajaan yang tlah lama mati. Tak kau lihatkah ombak yang bergulung. Siap melumat pantai tempat kau bernaung.

Coba kau tajamkan telinga pada celoteh mereka. Tentang apa yang mengusik jiwa. Tentang resah yang mengoyak dada. Tentang kegalauan akan masa depan anak-anak bangsa.

Tak ingatkah kau pada cerita sang raja kejam Rahwana. Tentang kerajaan terkuat yang dibangun tiga puluhan tahun lamanya. Runtuh oleh Sri Rama. Kala amarah memicu tiwikrama.

Wahai sang wakil keadilan tempat mengadu segala padu. Gunakan timbangan keadilanmu tanpa ragu. Pada tanganmu semua mata tertuju. Menunggu sebuah asa dari kearifan di lubuk kalbu.

Suara-suara itu nyata. Walaupun coba kau anggap bayangan semata. Sekuat apa kau kerahkan tenaga. Tak mungkin kau redam itu semua.

Jangan tunggu suaraku bertiwikrama. Menjadi suara-suara raksasa yang siap melibas dan memporakporanda. Karena itu pertanda tlah sampai sabarku diujung batasnya.

Merawat dendam angkara
Hanya membuat kita terjatuh ke jurang nestapa


Bergegaslah


Jangan tunggu suaraku bertiwikrama

catatan: 

Tiwikrama : berubah menjadi raksasa. Dalam dunia pewayangan merupakan perwujudan dari titisan batara wisnu pada saat kemarahannya memuncak.

Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun