Dalam tapa melepas ikatan-ikatan semesta. Menelusuri jejak hatimu yang tersamar oleh dedaunan nan layu. Mencoba menyibak sebuah tanda yang tak jua mampu tertebak.
Menunggangi sembrani. Terbang bertemu sang dewa bayu tuk coba sekadar merayu. Agar dapat kubawa serangkaian angin merdu. Dan meniupkanya pada telingamu. Agar kau tahu betapa aku merindu.
Menyelami dasar bumi. Mengetuk pintu peristirahatan Sang Batara Agni. Berharap izin sejenak kubawa api abadi. Menggengamnya dan membawanya padamu. Agar dapat kucairkan hatimu yang sedingin salju semeru.
Mendaki pegunungan himalaya demi bertemu Batara Ismaya. Tuk tenangkan jiwa penuh asmara. Berharap petuah-petuah langka meredam hati nan remuk redam. Oleh pesona sang bidadari berbinar mata laksana manikam.
Tertatih dalam letih yang merintih. Merangkak naik ke angkasa. Menuju singgasana Sang Batara Indra. Dalam putus asa yang mengguncang dada.
Perkenankan ku pinjam Pusaka Pasopati. Agar dapat kuhujamkan panah sakti. Bukan pada jantung sang pujaan hati
Namun pada dada kekasihmu
Yang tak lepas merangkul di sisimu
Agar kau pun tahu
Semerah apa api cemburu
Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H