Dalam tatap layar yang nanarkan pandang
Mata seolah diam terpancang
Seiring bunyi ketukan mesin-mesin pencetak tulisan
Yang buat telinga tertulikan
Secangkir kopi yang tersisa
Tlah hilang kehangatannya
Usai pagi berlalu dengan tergesa
Dalam setangkup roti aneka rasa
Mataharipun kian meninggi
Isyaratkan kaki-kaki berlalu pergi
Tuk mengisi lambung yang tak henti bernyanyi
Dalam alunan sumbang nan nyeri
Sepiring nasi siang hari
Mungkin masih dapat terbeli
Oleh kantong para pekerja
Usai waktu istirahat tiba
Sementara dalam terik matahari yang menyengat
Tangan-tangan kasar masih tetap semangat
Berpeluhkan debu dan keringat
Berjibaku dengan lumpur jalanan demi sesuap nasi yang terkadang tak lagi diingat
Lalu jika senja tiba usai seharian singsingkan lengan
Kau tahu akan kemana langkah-langkah mereka berjalan ?
Ke peraduan nan sejuk penuh rasa nyaman
Ataukah berbaring bertemankan kucing-kucing emperan
Mungkin hanya sepiring nasi siang hari
Tapi janganlah pernah lupa tuk kita syukuri
Karna putaran roda nasib mungkin paksa kita bertukar posisi
Semua hamparan peristiwa hadir di sekeliling bumi
Sebagai renungan tuk pengingat diri
Tangerang, Maret 2019
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H