Guliran malam menggusur senja. Mengganti mentari dengan sinaran rembulan. Bawa kaki-kaki para penjaga. Temani binatang malam dalam kesunyian.
Hanya sepi.
Yang iringi.
Di keremangan.
Yang menggugah angan.
Sang penjaga malam menembus gelap. Di antara kepala-kepala yang terlelap. Demi sesuap nasi bergizi. 'Tuk kekasih dan buah hati.
Tak boleh ada terpejamnya mata. Karna 'kan undang para durjana. Yang mengoyak rasa percaya. Dari tuan-tuan di atas sana.
Ragamu yang kian layu. Oleh hembusan sang bayu. Tak pernah kau hiraukan. Sekalipun maut yang sedang mengincar dengan penasaran.
Bayangan senyum yang membuncah. Tawa riang para bocah. Menanti saat nanti 'kan singgah. Bersama kekasih hati 'tuk berkisah.
Adakah takdir akan berpihak. Pada nasib baik yang enggan bertindak. Tak ada yang tahu. Mungkin s'mua angan hanya semu.
Karena jauh disana. Didinginnya purnama yang membeku. Kekasih hati bergumul dengan dosa. Dalam kehangatan liar yang mengundang pilu.
Tangerang, November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H