Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selaksa Cinta untuk Palu dan Donggala

30 September 2018   10:12 Diperbarui: 30 September 2018   10:23 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tatkala bumi bergerak selepas zuhur
Dan lempeng-lempeng tanah gemetar
Di dasar samudra luas tanpa batas
Ada was was yang tak henti berdetak

Saat Gempa tlah retakkan tanah-tanahmu
Robohkan tempat-tempat tinggalmu
Sebabkan luka dan hancurkan jasad
Ada cemas yang kian menyeruak

Dan kala samudra perkasa akhirnya mengamuk
Dengan gulungan ombak-ombak raksasa
Yang meratakan pulau-pulaumu
Ada duka yang menyelimuti dada

Duka karena rumah-rumah yang poranda
Duka karena raga-raga yang terluka
Duka karena sukma-sukma yang terlepas paksa
Duka karena melihat jerit tangis tanpa daya

Tak kuasa mata memandang
Dengan air mata yang tak henti berlinang
Hati kami seakan ikut meratap
Terbayang ribuan jiwa yang tak bisa lagi kami tatap

Janganlah menangis saudaraku
Karena Nusantara turut berduka karenanya
Janganlah terus bersedih kawanku
Karena kami turut meratap rasakan lara

Kami tahu ribuan sakit yang kau rasa
Tapi kan kami bawa jutaan asa dan doa untukmu
Kami tahu ribuan nestapa yang harus kau papah
Tapi kami punya selaksa cinta untuk Palu dan Donggala

Tangerang, September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun