"Iya, iya, pak Syaiful namanya. Ini juga saya mau ke tempat pak Syaiful sehabis dari sini" Bunga tidak curiga walaupun si ibu tetap menyebut nama Syamsul dengan nama Syaiful.
Seperti untuk lebih meyakinkan tiba-tiba si Ibu sibuk membuka tasnya dan mengambil handphonenya. Dia berkata bahwa pak Syaiful rupanya menelpon.
Sesaat kemudian terdengar dia bercakap-cakap dengan seseorang yang diakunya sebagai guru Bunga dan dia berkata bahwa baru saja bertemu dengan murid-murid si guru olahraga di mal itu.
Bunga dan teman-temannya masih berdiri disana sambil mendengarkan wanita paruh baya tersebut bicara via handphone. Tak lama si ibu menyelesaikan pembicaraan di handphonenya.
"Kalian sudah pada makan belum, ayo ibu traktir," waktu saat itu memang sudah menunjukkan pukul 12 siang "kita makan dimana ya enaknya, kalian mau makan dimana ?" si ibu kembali bertanya.
Karena tak ada yang menjawab si ibu menawarkan untuk makan di restoran ayam goreng. Bunga menunjukkan bahwa restoran itu ada di lantai 2.
"Jangan, jangan yang disitu, disitu mahal lebih baik yang dilantai bawah saja di situ juga ada restoran ayam goreng yang sama. Lebih murah disitu"
Lagi-lagi alasan mahal, katanya bawa uang 10 juta, pikir Bunga, padahal harga sama saja baik yang di lantai 2 maupun yang di lantai bawah. Bunga sempat ingin memberitahu sesuatu tentang restoran dibawah tapi tidak jadi.
Si ibu langsung menuju pintu keluar dan terlihat sibuk menelpon seseorang sambil matanya tak lepas mengawasi Bunga dan teman-temannya.
"Bunga. Itu mama kamu khan. Kamu dipanggil tuh" teman Bunga berkata sambil menunjuk ke meja kasir di depan.