Mohon tunggu...
Mahdi Nurianto
Mahdi Nurianto Mohon Tunggu... -

Staff Kajian Energi Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTM) "PATRA" ITB

Selanjutnya

Tutup

Money

Darat atau Laut? Masih Menjadi Kontroversi di Blok Masela

23 November 2015   12:52 Diperbarui: 23 November 2015   13:01 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Untuk pembangunan kilang LNG di Blok Masela, terdapat dua opsi yang ditawarkan. Pertama, membangun kilang di daratan (Onshore). Lalu opsi kedua yakni membangun kilang LNG terapung  (Floating LNG/FLNG). Kedua opsi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

          Untuk FLNG, kelebihan pertama yang dimiliki adalah masalah waktu konstruksi. Pembangunan FLNG secara total membutuhkan waktu relatif lebih singkat dibandingkan pembangunan kilang LNG di darat. Selain itu, FLNG dinilai lebih tahan dalam menghadapi gempa dan tsunami. Menurut Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Eko Budi Djatmiko, menyatakan bahwa FLNG Masela sudah didesain dengan asumsi risiko hingga ketinggian gelombang laut mencapai 10 meter.

          Namun, dari semua kelebihan yang dimiliki oleh FLNG, terdapat berbagai kekurangan yang dimilikinya. Pertama adalah masalah The Multiplier Effect yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan menggunakan FLNG, maka akan lebih sedikit menghasilkan efek yang positif terhadap perkembangan ekonomi di sekitar Blok Masela. Selain itu, FLNG juga merupakan teknologi baru yang hanya sedikit dari lapangan migas di dunia yang menggunakan teknologi ini. Sehingga, track record dari teknologi ini belum sebanyak dari teknologi kilang LNG di daratan.

Gambar: LNG Plant onshore

           Berbeda dengan FLNG, kilang LNG di daratan, walau waktu konstruksinya lebih lama dan membutuhkan komponen yang lebih banyak , pembangunan kilang LNG di daratan akan menimbulkan The Multiplier Effect seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pembangunan kilang LNG di daratan, yakni di wilayah Aru, akan menjadikan Aru menjadi kota besar layaknya Balikpapan karena adanya pipa dan pengolahan gas dari Blok Masela. Walau dibutuhkan pipa sepanjang 600 km dari Blok Masela ke Pulau Aru, menurut Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Kamli,  pembangunan kilang LNG di daratan, yakni di Pulau Aru, akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan akan menyedot banyak tenaga kerja. Sehingga perekonomian di Pulau Aru pada khususnya dan Indonesia timur pada umunya akan berkembang dengan cepat.

            Dalam hal total investasi pembangunan kedua opsi tersebut, terdapat perbedaan antara hitungan menurut Bapak Rizal Kamli dengan Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi. Menurut Bapak Rizal Kamli, total investasi untuk pembangunan kilang LNG di darat hanya mencapai US$ 14,6 miliar sementara FLNG mencapai US$ 19,3 miliar. Sedangkan menurut Bapak Amien Sunaryadi, total dana yang dibutuhkan untuk membangun FLNG hanya mencapai US$ 14,8 miliar, atau lebih murah US$ 4,5 miliar dari total pembangunan LNG di darat yang diperkirakan mecapai US$ 19,3 miliar.   

             Dari penjelasan di atas, telah terlihat bahwa masing-masing opsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, saat ini, sudah seharusnya kita berpikiran bahwa bukan energi yang mengikuti manusia, tapi manusialah yang mengukuti energi tersebut. Dengan  memandang migas sebagai pendorong penggerak ekonomi, tentu opsi mengembangkan Blok Masela dengan menggunakan kilang LNG di daratan merupakan pilihan yang paling memungkinkan. Kilang LNG di daratan akan mengakibatkan Multiplier effect yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan akan menyedot banyak tenaga kerja, khususnya di Pulau Aru. Dengan adanya kilang LNG di daratan, maka akan terbentuk pabrik-pabrik seperti pabrik pupuk. Terlebih lagi industry-industri pendukung pengilangan akan semakin tumbuh subur di sekitar kilang LNG tersebut. Sehingga, ekonomi di Pulau Aru pada khususnya dan Indonesia Timur pada umumnya akan meningkat secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun