Namanya Relung, berhati luas layaknya samudra. Tidak pamrih seperti kebanyakan orang akan berlaku. Disini aku mencoba membaca banyak hal disertai hembusan nafas yang tak terlalu kuat, aku mencoba untuk bisa sampai dan menyelesaikannya. Di dunia ini sering kali kita disambut dengan tawa namun yang datang menangis tak kuasa. Di saat kita pergi adakalanya kita tersenyum dan beberapa dari mereka menangis. Pilu jika dipikirkan namun bukankah semua itu akan berjalan sesuai dengan detikannya dan detikku ternyata seringkali berpacu terlalu cepat. Tali panjang ini awalnya kusut dan aku mencoba untuk mengaisnya lagi, beruntungnya masih ada yang bisa untuk ku selamatkan dan aku akan berhasil sedikit lagi, andai kamu mau menungguku mungkin kita bisa sama-sama menikmati manisnya perjuangan tidak hanya pahitnya saja yang kau ingat, bukan begitu baginda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!