Mohon tunggu...
Mahbubillah
Mahbubillah Mohon Tunggu... Lainnya - ASN pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sukabumi//Penikmat Kopi Susu

Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan --Imam Asy-Syafi'i

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Narsisme di Balik Masker

19 Juni 2020   12:13 Diperbarui: 19 Juni 2020   12:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga bulan terakhir, media sosial, khususnya di Indonesia dibanjiri poto selfi dengan menggunakan masker yang dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Tidak mengenal profesi, berselfi dengan menggunakan masker seolah-olah menjadi keharusan dan dipandang sebagai gaya hidup kekinian.

Sebagaimana kita maklumi, salah satu barang yang sedang naik daun di masa pandemi seperti sekarang ini adalah masker. Di awal kemunculan virus corona dan seiring himbauan pemerintah untuk menggunakan masker, kelangkaan masker sempat terjadi dimana mana.

Awalnya, WHO menghimbau agar pemakaian masker hanya dikhususkan bagi yang menderita sakit dan orang yang bekerja di tempat yang berpotensi tinggi terpapar penyakit. Selanjutnya WHO menganjurkan penggunaan masker juga tidak hanya bagi orang yang sakit, melainkan bagi seluruh masyarakat yang hendak beraktivitas di luar rumah. Sontak masker menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Sejak saat itulah, bermunculan produksi masker kain dengan beragam model dan juga motif. Baik yang diproduksi oleh industri besar maupun industri kecil. Tak ketinggalan para desainer ternama pun ikut memproduksi masker kain yang sejurus dengan ciri khas desain mereka selama ini.

Kini, banyak pedagang yang menjajakkan beragam model dan motif masker kain. Dari yang polos sampai yang bermotif karakter. Dari yang menggunakan kain tipis sampai yang tebal, tentu dengan harga yang bervariasi.

Massifnya penggunaan masker di tengah masyarakat juga secara otomatis membentuk sifat narsistik beberapa kalangan untuk berselfi dan meng-uploadnya di media sosial miliknya. 

Gaya narsisme di balik penggunaan masker ini berlaku di semua lapisan masyarakat. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, artis Inul Daratista di bully oleh netizen karena berselfi dengan menggunakan masker medis yang ia upload di akun instagramnya.

Sifat narsisme sendiri berarti mengagumi diri sendiri secara berlebihan, bersikap egois secara ekstrem, dan memandang dirinya lebih dibanding siapa pun di dunia ini. Narsisme bukanlah hal yang membahayakan, ia muncul disebabkan adanya rasa percaya diri yang berlebihan.

Selfi dengan menggunakan masker tentu hal yang wajar dilakukan, bahkan pada titik tertentu ia merupakan proses sosialisasi agar semua orang tergugah untuk melakukan pencegahan penyebaran covid 19. 

Namun jika dilakukan dengan berlebihan dan penempatannya yang kurang elok, maka selfi bisa digolongkan sebagai gangguan jiwa yang dalam ilmu psikologi, gangguan itu dikenal dengan narcissistic personality disorder atau gangguan narsisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun