Bagi diriku sendiri, cukuplah imbalan tersebut menjadi bukti bahwa apa yang dituliskan tidak buruk-buruk amat untuk dinikmati. Selebihnya, biarlah waktu yang akan menjawab mau ke mana aku dengan tulisan tersebut pada akhirnya kelak. Yang penting sekarang, jika mood menulis keluar, maka menulislah.
Barangkali beberapa pembaca juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan selama ini. Memang demikianlah tulisan yang kita buat pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang direspons dan dinilai orang dari berbagai sudut pandang. Semua terserah kepada para pembaca.
***
Sikap tidak peduliku dengan tulisan di Kompasiana, pada akhirnya membuahkan pengakuan tersendiri dari tim redaksi. Setelah beberapa waktu, tiba-tiba di halaman profilku ada centang biru yang oleh kebanyakan orang ditunggu-tunggu. Padahal aku sendiri tidak tahu menahu akan hal itu.
Namun, akhirnya aku mengambil pelajaran dari munculnya centang biru yang tiba-tiba datang seperti hantu itu. Ternyata ada beberapa hal yang mungkin menjadikan pertimbangan tim redaksi untuk menyematkan tanda centang biru pada profilku.
Di antara tebakanku mengenai hal itu adalah seorang penulis Kompasiana akan diganjar dengan centang biru jika ia konsisten menulis dalam sebuah tema tertentu. Kebetulan aku sendiri selama ini sering menulis dalam kategori humaniora dan sosial budaya. Mungkin konsistensi itu menjadi hal yang utama.
Selain itu, tebakanku tentang penyebab ganjaran centang biru itu adalah sistematika dan logika pikir dalam menyajikan tulisan. Sedikit banyak ini menyangkut kaidah tulis menulis seperti tata bahasa, gaya tulisan atau alur argumen yang disajikan.
Selanjutnya adalah kejujuran. Kejujuran di sini mungkin berkaitan dengan disiplin keilmuan atau minat yang kita miliki. Tulisan yang kita sajikan ke hadapan pembaca, sebenarnya bisa menjadi jendela untuk menilai seseorang secara keilmuan atau kesukaannya.
Mereka yang sukanya mengamati hiruk pikuk politik, akan banyak menulis tema tentang politik. Ketika menulis tema tersebut, sudah pasti dia menggunakan kemampuan pengetahuannya dalam bidang politik. Mereka yang punya hobi sepak bola, pasti akan banyak mengulas tentang pertandingan sepak bola.
Akhirnya, sikap tidak peduliku terhadap gaya tulisan, tema tulisan, respons terhadap tulisan yang kusajikan di Kompasiana ini membuahkan sweet karma berupa centang biru. Centang yang malah menambah beban moral penulis untuk membuat tulisan yang bermutu.
Maka bagi Anda yang belum ketiban centang biru, tidak usah galau dan menunggu. Tulis saja apa yang ada di dalam benak dan pikiran. Selanjutnya biarlah konsistensi tema, taat kaidah tulisan dan kejujuran yang bekerja.***