Manusia beragama tidak asing lagi dengan kisah terusirnya Nabi Adam dan Hawa dari surga. Kisah itu merupakan kisah keagamaan yang menjadi titik balik manusia dalam hal ketaatan kepada Penciptanya. Kisah itu bersifat ilahiah (divine story) karena mengandung nilai ajaran ketuhanan bagi manusia.
Lazim diketahui bahwa terdapat dua kekuatan yang selamanya akan saling berhadapan; kebenaran (Tuhan) dan kesalahan (setan atau iblis). Dua kutub itulah yang menjadi medan perjuangan manusia selama hidupnya di dunia.
Awal mula kisah ini terjadi ketika Nabi Adam tergoda oleh bujuk rayu iblis untuk memakan buah keabadian (khuldi). Cerita ini terdapat di hampir semua naskah kitab suci agama langit (samawi) baik Islam, Nasrani atau Yahudi.
Di dalam Alquran, narasi cerita itu berbunyi:
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, "Rabb kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." Dan dia  bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua." (QS. Al-A'raf: 21-22)
Dari penggalan ayat di atas, tulisan singkat ini mencoba menyarikan beberapa hal penting yang layak dijadikan pelajaran (ibrah) dan kebijaksanaan (hikmah). Meskipun demikian, tulisan ini bukanlah sebuah tafsir dari ayat Alquran. Ini hanyalah sekadar praktik tadabbur dan tafakkur terhadapnya.
Bisikan Pikiran Jahat
Pada dasarnya, naluri manusia itu bersifat positif dan baik. Dengan demikian, jika pikiran manusia selalu bersifat baik pada awalnya, maka ketika terbersit pikiran buruk atau jahat, pastilah ia berasal dari setan atau iblis.
Ini selaras dengan bunyi ayat di atas bahwa iblis "membisikkan pikiran jahat kepada keduanya" ketika berada di surga. Ini artinya, pikiran dan perbuatan Nabi Adam dan Hawa pada mulanya selalu baik dan taat kepada perintah Tuhannya sampai datang bisikan dari iblis.
Melalui pikiran jahat tulah keduanya menjadi "terpeleset" melakukan perbuatan pembangkangan atas perintah Tuhannya. Akibat dari hal ini adalah terusirnya mereka dari surga dan turun ke dunia ini.
Jika ditelusuri, setiap perbuatan buruk dan jahat manusia selalu didahului oleh bisikan pikiran. Pikiran kemudian mencari pembenaran. Setelah mendapatkan pembenaran maka berubahlah pikiran jahat tersebut menjadi tindakan.
Maka dari kasus ini, awal mula rangkaian perbuatan jahat selanjutnya setelah bisikan setan atau iblis adalah pembenaran. Pembenaran iblis terhadap bisikan pikiran jahatnya itulah yang menjadikan Nabi Adam meyakini bisikan iblis sebagai "kebenaran".