Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kegemukan dalam Hikmah Kebijaksanaan

28 Juli 2019   22:16 Diperbarui: 28 Juli 2019   22:39 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aneh. Ketika makanan menjadi momok menakutkan, dunia seakan menampakkan kebalikannya. Bukankah manusia harus makan untuk hidup? Tetapi ketika hidupnya dihantui kegemukan, ia menjadi takut dengan makanan.

Entah itu kesadaran terdalam dari nurani diri yang ingin sehat setiap hari. Atau itu kutukan dari masa lalu akibat sering makan tidak beraturan dan berujung dengan kegemukan yang tidak diharapkan.

Yang tidak aneh adalah fakta hukum alam yang terbalik bahwa apapun yang berlebihan pada akhirnya akan membawa keburukan. Dalam bahasa agama itu disebut isrof. Melebihi kewajaran seperti di dalam makanan.

Setiap hari orang harus mikir beribu kali untuk memasukkan nasi ke dalam perutnya. Dua puluh kilogram kelebihan berat badan cukup untuk membuat orang berpikir panjang ketika makanan ada di hadapan.

Ini masalah pengendalian diri. Ternyata hidup tidak sesederhana yang dipikirkan. Ada saat di mana makan saja harus menjadi ujian yang menguras pikiran mirip seperti ujian masuk perguruan tinggi yang difavoritkan.

Oh Tuhan, aku menyadari sekarang bahwa Engkau Maha Adil. Hanya karena selama ini orang merasa kelebihan uang receh untuk membeli makanan, kemudian tidak terkendali makan ini itu, akhirnya kegemukan datang menghampiri.

Sementara di sana, kaum miskin yang tidak menemukan makanan setiap hari, tidak Engkau beri kekhawatiran dengan fenomena kegemukan badan. Mereka tidak Engkau takdirkan memiliki gelambir lemak berlebihan.

Hidup memang selalu menunjukkan rahasianya dengan cara yang tidak disangka-sangka. Ini barangkali hikmah dari anjuran untuk saling berbagi dengan sesama. Jika si A kelebihan makanan, cobalah berbagi dengan si B yang kekurangan.

Pada akhirnya nanti akan ditemukan titik keseimbangan di mana keduanya akan diuntungkan. Si A tidak akan kelebihan bobot badan, karena kelebihan makanannya telah disumbangkan.

Demikian juga, si B tidak akan menderita stunting dan busung lapar karena ada sesamanya yang tidak akan membiarkan dia terkapar karena lapar. Betapa ajaran-Mu Tuhan penuh dengan hikmah dan pelajaran.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun