Tiap kali menulis artikel untuk Kompasiana, selalu harus memilih kategori dari artikel yang ditulis. Salah satu kategori kegemaran saya adalah tema tentang humaniora. Satu kategori tulisan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Sebenarnya apa itu humaniora dan kenapa manusia membutuhkan jenis pengetahuan humaniora? Agar tulisan ini agak sedikit beraroma akademik, barangkali harus ditunjang oleh acuan yang jelas ketika mendefinisikan tentang humaniora ini.
Merriam Webster mendefinisikan humaniora ini sinonim dengan humanities study. Menurut kamus tersebut, humanitiesstudy adalah:
The branches of learning (such as philosophy, arts, or languages) that investigate human constructs and concerns as opposed to natural processes (as in physics or chemistry) and social relations (as in anthropology or economics).
Jadi humaniora itu adalah cabang pengetahuan yang dipelajari seperti filsafat, seni, bahasa dan lainnya yang fokus pada masalah konstruksi manusia yang berbeda dari proses-proses alami seperti fisika atau kimia dan juga berbeda dari ilmu tentang hubungan sosial seperti antropologi dan ekonomi.
Sementara itu, Stanford Humanities Center mengatakan bahwa humaniora adalah studi tentang bagaimana orang memproses dan mendokumentasikan pengalaman manusia. Karena manusia telah mampu menggunakan filsafat, sastra, agama, seni, musik, sejarah, dan bahasa untuk memahami dan merekam dunia kita.
Jelasnya humaniora ini adalah jenis pengetahuan manusia di luar pengetahuan tentang ilmu-ilmu alam atau ilmu sosial di mana manusia mencoba menggambarkan dunia sekitarnya termasuk manusia itu sendiri. Di dalamnya ada filsafat, agama, bahasa, sastra, seni, sejarah termasuk literatur dan lain-lain.
Metode Lain untuk Memahami Dunia Sekitarnya
Apabila kita mempelajari sejarah ilmu pengetahuan, maka akan tampak bahwa semua pengetahuan yang ada di dunia ini merupakan upaya manusia dalam rangka memahami keadaan dunia sekitarnya dan manusia itu sendiri. Para pemikir kemudian mengklasifikasi pengetahuan ini menjadi ilmu-ilmu kealaman dan ilmu sosial.
Di samping dua macam pengetahuan tersebut, ada humaniora yang menjadi salah satu pengetahuan yang digunakan untuk memahami manusia itu sendiri juga memahami alam sekitarnya dari sudut pandang lain. Ketiga kalsifikasi besar ini bersinergi dalam rangka memberikan pemahaman tentang dunia sekitarnya.
Dari sisi metode perolehan pengetahuannya, humaniora tidak sama dengan metode yang digunakan oleh sains (ilmu alam atau ilmu sosial). Jika sains harus menggunakan metode ilmiah (scientific method), maka tidak demikian halnya dengan humaniora.
Mari kita ambil contoh dari humaniora ini yaitu filsafat dan agama. Filsafat tidak menggunakan metode ilmiah dalam cara kerjanya. Ia tidak melakukan prosedur dan proses dalam metode ilmiah. Filsafat menggunakan metode yang tergantung kepada filosof yang mengerjakannya. Tidak ada satu kesepakatan metode di dalam berfilsafat ini.
Yang disepakati darinya hanya sebatas ia merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui berpikir rasional, radikal, universal, sistematis dan holistik. Sementara dari segi metodenya masing-masing filosof menggunakan metode sendiri yang berbeda-beda.
Sedangkan agama sendiri, metodenya menggunakan metode wahyu. Artinya pangkal pokok pengetahuan agama bersumber dari wahyu Tuhan yang diturunkan kepada utusan-Nya. Walaupun pada perkembangan selanjutnya ada banyak metode yang digunakan dalam mengembangkan tradisi keilmuan di dalam agama tersebut.
***
Oleh karena itu, manusia tidak cukup lengkap untuk memahami dunia sekitarnya atau dirinya sendiri jika hanya menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan ilmiah (ilmu alam atau ilmu sosial). Manusia juga membutuhkan pengetahuan humaniora untuk menjelaskan hal-hal yang di luar jangkauan pengetahuan ilmiah (sains).
Misalnya untuk memahami tata cara pergaulan, manusia membutuhkan etika yang merupakan bagian dari filsafat. Untuk memahami cara berpikir yang benar, manusia memerlukan logika, untuk memahami keindahan manusia memerlukan seni dan untuk memahami kehidupan setelah kematian, manusia memerlukan agama. Jadi humaniora sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan ilmiah lainnya.
Jadi, Kompasiana sangat paham, bagaimana menampung ide-ide tulisan untuk dikelompokkan sesuai dengan tema, topik atau klasifikasi ilmu pengetahuan. Semua itu dihadirkan dalam rangka memberikan pemahaman yang utuh terhadap dunia sekitarnya termasuk manusia itu sendiri; pemahaman yang tidak hanya berbasis pada pengetahuan yang ilmiah tetapi juga pada pengetahuan yang non ilmiah.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H