Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tentang Rebutan Kebenaran

31 Juli 2018   06:42 Diperbarui: 31 Juli 2018   12:40 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: elya.us

Tetapi ketika pemahaman bahwa kopi itu tidak ada manfaatnya, berguna bagi dia sebagai orang yang menderita penyakit lambung, maka tidak ada alasan untuk memaksanya mencabut pernyataan tersebut. Toh manfaat dari ungkapan tentang kopi yang tidak ada manfaatnya itu berguna bagi dia dan dia tidak ada masalah dengan keyakinannya itu.

Akan selalu ada garis demarkasi di mana  kita harus sadar kapan harus mengoreksi kebenaran yang diyakini orang lain, kapan harus berhenti untuk mengoreksinya meskipun kita tahu akan letak kesalahannya.

Pengetahuan terhadap objek kebenaran tidak akan menjamin seseorang bertindak benar dalam praktiknya. Begitu juga sebaliknya, pemahaman yang salah tentang objek kebenaran tidak akan menjamin munculnya kesalahan susulan yang lainnya. Selalu ada kejutan di dalamnya. Jadi tidak perlu "gumun" dengan peristiwa yang tidak linear jalannya.

Batas tersebut tidak selalu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Jika batas-batas itu dilanggar, maka saling mengotot di dalam kebenaran versi masing-masing akan menjadi peristiwa yang menggelikan. Perdebatan selalu muncul ketika satu orang tidak tahan untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan orang lain yang menurutnya tidak demikian seharusnya.

***

Maka kebenaran itu tidak menampilkan diri di dalam satu bentuk dan satu dimensi saja. Meskipun ada kebenaran-kebenaran yang sifatnya objektif diakui secara universal seperti terbitnya matahari di timur dan tenggelamnya di barat, tetapi ada kebenaran yang diyakini seseorang yang mungkin salah menurut orang lain. Tetapi yang bersangkutan merasa nyaman dengan keyakinan tersebut.

Dalam hal ini mungkin istilah pengetahuan yang disertai dengan kebijakan menjadi penting. Orang tidak cukup hanya sekadar tahu tentang sesuatu, tetapi juga harus bijak kapan menggunakan pengetahuan yang benar menurutnya tersebut agar tidak merusak keyakinan kebenaran yang dianut orang lain.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun