Spontanitas masa kanak-kanak sudah digantikan oleh pikiran kritis dan analisa yang menghambat langkah-langkah. Pada akhirnya itu menjadi faktor yang menghentikan gerak dan langkah dari tujuan dan target yang lebih besar di masa depan. Langkah yang akhirnya terhenti oleh pikiran dan kekhawatiran diri sendiri.
Ada baiknya mungkin, kita orang dewasa, menghidupkan lagi spontanitas dan refleks yang keluar dari potensi diri untuk mengurangi beban kekhawatiran yang ditiupkan oleh pikiran-pikiran negatif; spontanitas yang mengarahkan pikiran pada target dan tujuan, bukan mempertayakan kemampuan dan kelemahan.
Ini tidak berarti dalam setiap langkah yang dilakukan tidak dipikir matang. Tetapi spontanitas yang merupakan bisikan potensi diri, dijadikan salah satu kekuatan untuk melangkah menuju target dan tujuan yang dicanangkan. Spontanitas dijadikan energi tambahan bagi kemampuan yang sudah ada.
Kemudian, pikiran diarahkan untuk menghimpun bahan bakar, mencari jalan bahkan membangun jembatannya. Sehingga rencana besar masa depan yang dirancang memperolah sarana dan fasilitas melalui kemampuan pikiran; pikiran yang mendukung rencana masa depan, bukan pikiran yang membuahkan kekhawatiran.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H