Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Trilogi Ekspresi Keagamaan dan Keimanan

29 Juli 2018   07:06 Diperbarui: 29 Juli 2018   08:18 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Sebelum dua titik ekstrem tersebut, ada stasiun syariat yang merupakan pintu masuk pertama untuk menyelam ke kedalaman dua tradisi selanjutnya (sufisme dan filsafat). Tanpa mengerti dan mengamalkan syariat yang merupakan tahapan awal keberagamaan, maka sufisme dan filsafat sulit untuk dimengerti.

Dengan skema seperti demikian, tampak bahwa landasan keberagamaan itu semacam trilogi (syariat, sufisme dan filsafat). Trilogi yang jika berhasil dikuasai akan membuat kokoh dan integral pemahaman terhadap doktrin dan bukti kebenaran dari keyakinan yang dianut.

Hampir di semua agama, trilogi itu ada. Dimulai dari doktrin amalan dan praktik, kemudian disempurnakan dengan penghayatan dan perenungan; penghayatan dengan hati dan perenungan dengan akal pikiran. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

***

Tetapi apakah semua orang menyadarinya demikian? Tidak, tidak semua orang menyadarinya. Maksudnya tidak semua orang menyadari dalam kerangka epistemologi seperti kesadaran dari kaum akademisi dan teoretisi yang bergelut dengannya.

Karena, orang bisa saja menguraikan air matanya ketika ia bermunajat kepada Tuhannya, meskipun tidak tahu apa itu namanya dan masuk dalam kelompok kesadaran hatikah atau akalkah atau keduanya. Yang jelas dia telah menghayati kedalaman dari ajaran dan munajat kepada Tuhan; mirip seperti yang dipraktikkan kaum sufi.

Pun demikian adanya, ketika seseorang terkagum dengan perenungan ketika melihat indahnya pantai, hijaunya dedaunan atau letusan gunung yang menggelegar. Akal pikirannya bekerja mencari-cari landasan ketuhanan dari semua fenomena yang dialaminya. Dan pencarian itu merupakan cara kerja dari filsafat dalam menuju kebenaran.

Maka tidak penting apa itu namanya untuk menyebut ketiga macam landasan keberagamaan tersebut. Yang penting, ketiganya bersatu padu menyatu di dalam diri dan bersama-sama bekerja dalam mengekspresikan keagamaan dan keyakinan kepada Tuhannya.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun