Pisang tetap bermanfaat meskipun kulitnya kadang menjengkelkan, membuat orang terpeleset dan terjerembap jatuh kesakitan. Konsumen yang baik adalah dia yang mengerti dan menilai pisang bukan dari kulitnya tetapi dari isinya.
Sudah bukan rahasia lagi jika orang pada dasarnya lebih menyukai kemudahan, kesenangan dan kekayaan. Tidak ada orang menyukai keadaan yang sebaliknya. Jika pun ada, itu hanya karena keadaan yang memaksa di mana dia akan berusaha menuju kebaikan setelahnya.
Dalam pertemanan sering kita jumpai keadaan di mana satu waktu kita mengalami kesusahan. Ketika dalam keadaan demikian, kita baru bisa melihat siapa sebenarnya yang masuk dalam kategori "teman tanpa syarat".
***
Teman tanpa syarat adalah teman yang tidak mengandaikan keadaan apa pun yang menimpa kita sebagai syarat untuk menjadi dekat. Teman seperti itu hanya melihat kita dari sisi kemanusiaannya.
Tidak peduli apakah kita berada di dalam kesuksesan dan kecukupan, atau kita berada di dalam kesusahan dan kekurangan. Mereka hanya melihat bahwa kita manusia yang bisa berada di dalam keadaan yang demikian.
Teman tanpa syarat sangat paham bahwa semua predikat dan atribut yang melekat pada manusia, hanya merupakan tempelan dan bukan kesejatian. Atribut yang melekat ini mirip seperti pisang dan kulitnya.
***
Pisang itu mau ada kulitnya atau tidak ada, yang jadi nilai manfaatnya adalah isinya bukan kulitnya. Walaupun memang kulitnya  juga memiliki nilai manfaat, tetapi kulit pisang juga sering malah membuat orang terpeleset.
Tetapi jika orang tetap melihat pisang dari isinya, dia akan paham kalau pisang memberikan nilai dan manfaat bagi manusia. Misalnya, pisang mentah bisa dijadikan keripik pisang. Pisang matang bisa dioleh menjadi bermacam-macam menu camilan.