Plato mengatakan bahwa alam dunia ini adalah bayangan semu dari “alam ide” yang hakiki. Tidak jelas apa yang dia sebut sebagai alam ide. Penjelasan tentang alam idenya dalam kaitannya dengan dunia ini hanya sebatas menggunakan analogi tentang “manusia gua”.
Tetapi intinya adalah bahwa dunia manusia sekarang adalah perangkap yang bisa membutakan hati nurani dan nalar manusia. Sedangkan alam ide itulah hakikat kenyataan yang sebenarnya, menurut dia.
Dunia sebagai Perangkap dan Jebakan
Bicara dunia sebagai perangkap, tidaklah salah. Karena fakta sering menunjukkan kebenaran tentang preposisi tersebut. Dan yang namanya perangkap, sesungguhnya di mana pun selalu menjadi penghalang seseorang atau sesuatu dari tujuan akhirnya.
Misalnya saja ketika hewan mau mencari makan tiba-tiba dia terperangkap dalam jerat tali yang mengikatnya. Bahkan kadang perangkap itu sendiri menyediakan makanan yang dia cari tetapi harus ditebus dengan hilangnya kebebasan.
Ilustrasi tersebut tampaknya juga berlaku bagi manusia. Seseorang sering terjerat oleh perangkap yang sekilas di dalamnya memberikan semua yang dicarinya. Tadinya ingin merasakan kemudahan membeli barang dengan cara kredit. Akhirnya terjerat dengan perangkap hutang dan bunga kartu kredit.
Selama mampu menangani beban tersebut dan mampu melunasi hutang plus bunganya, hal itu tidak akan mengorbankan kebebasannya. Tetapi kenyataan banyak yang membuktikan kebalikannya. Alih-alih merasa senang dengan barang yang dibelinya, malah kadang berbalik menjadi terkekang kebebasannya dan membenci apa yang telah dibelinya.
Seperti itulah barangkali contoh kasus bahwa dunia ini satu waktu berubah menjadi perangkap yang menjerat kebebasan manusia. Padahal sejatinya, kebebasan adalah modal utama dalam meraih tujuan dan pijakan penting untuk aktualisasi diri.
Raih Kesenangannya, Tapi Hindari Perangkapnya
Mengatakan dunia sebagai salah satu perangkap kebebasan, tidak serta-merta berarti keburukan. Kesenangan pun dapat berasal dari dunia. Karena toh faktanya manusia hidup di dunia. Tanpa dunia di genggaman, bagaimana kita meneruskan kehidupan.
Tetapi, berbeda dari hewan yang tidak memiliki kesadaran dan kecerdasan untuk menghindari jebakan, manusia dibekali dengan perangkat akal. Dengan akal manusia bisa mengupas kulitnya dunia dan mengambil inti kesenangannya, sembari pada saat yang sama menjauhi perangkap dan jebakannya.