Banyak motivator yang menyerukan kesuksesan dengan cara-cara yang dirumuskan dalam kata tips and trick. Banyak buku-buku kepribadian yang menjadi referensi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.
Tetapi apakah hidup memang segampang seperti yang dikatakan dan ditulis tersebut? Apakah kesuksesan seseorang bisa di-copy paste menjadi kesuksesan orang lain? Tampaknya tidak demikian kenyataannya.
Sesekali kita perlu untuk mengagumi kegagalan. Sesekali kita perlu membanggakan kebangkrutan. Karena keduanya bagian dari setiap perjalanan kehidupan setiap orang. Carilah di muka bumi ini orang yang tidak pernah gagal atau bangkrut, pasti tidak akan ditemukan.
Tetapi mengapa jarang orang yang mengagumi kegagalan dan kebangkrutan? Apakah ia merupakan momok dan hantu yang menakutkan? Apakah ia menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup spesies yang namanya manusia?
***
Tidak, tidak demikian halnya. Kebangkrutan adalah sesuatu yang amat berharga. Kita bisa memberi nilai kepada kebangkrutan senilai nominal finansial yang digunakan untuk menjadi bangkrut.
Misalnya, jika pernah mencoba menjalankan bisnis property senilai 1 milyar kemudian bangkrut, maka nilai kebangkrutan tersebut sebanding dengan angka 1 milyar.
Betapa mahal harga sebuah kebangkrutan. Tetapi betapa murah penilaian orang terhadap sebuah kebangkrutan. Seolah ia tidak berharga dan harus dihindari. Padahal kebangkrutan meminta harga yang begitu besar.
Jika memang mampu menghindarinya, itu bagus. Tetapi kita tidak bisa belajar dari kebangkrutan yang tak pernah dialami. Jika kita mengalami kebangkrutan, maka ada dua sikap yang bisa dipilih. Membanggakan dan mencari nilai di dalamnya, atau mengutuk diri, menyalahkan orang lain dan menyalahkan nasib.
***
Pilihan pertama adalah pilihan baik dan bermanfaat dari kebangkrutan. Pilihan kedua adalah pilihan buruk dan tidak konstruktif terhadap diri sendiri. Sehingga sesekali kita harus bangga dengan kebangkrutan karena tidak semua orang berani menanggungnya.