Sudah menjadi kebiasaan hampir setiap orang untuk melamunkan sesuatu. Biasanya terutama dilakukan ketika tidak ada kegiatan lain selain berdiam diri. Di saat-saat seperti itu, pikiran manusia sering kali terpancing untuk menerawang atau melamun.
Ya, melamun tidaklah salah dilakukan jika tidak mengganggu pekerjaan utama kita. Ia menjadi salah di saat-saat kita harus melakukan aktivitas terutama aktivitas yang memerlukan konsentrasi dan fokus. Di luar itu, melamun paling-paling hanya akan dianggap membuang-buang waktu saja.
Melamun di antara kegiatan yang membutuhkan fokus dan konsentrasi tentu saja akan mengganggu dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya jika sedang mengemudikan kendaraan, kemudian dibarengi dengan melamun pasti akan fatal akibatnya.
Di saat seperti itu, maka melamun bukan saja menjadi kegiatan mental yang hanya membuang-buang waktu tetapi juga mengakibatkan kecelakaan. Melamun seperti itu bukanlah melamun lagi namanya tetapi "pancingan malapetaka" bagi pelakunya sendiri. Hindarilah melamun yang seperti itu.
Arti Melamun
Saya kebetulan orang Sunda yang hidup sejak kecil di lingkungan berbahasa Sunda. Sudah dari dulu saya tahu arti kata "lamun" dalam Bahasa Sunda. Menurut artinya, "lamun" itu sama dengan kata "kalau", "andai" atau "jika" dalam Bahasa Indonesia.
Jadi jika ditambahkan imbuhan "me" sehingga menjadi kata "melamun", itu artinya sama saja dengan "mengandaikan" atau "berpikir kalau-kalau", "berandai-andai" atau "jika". Dalam pengertiannya seperti ini, maka melamun menjadi upaya "membayangkan sesuatu hal terjadi padahal sebenarnya belum atau tidak terjadi".
Mengandaikan sesuatu itu sama saja dengan membayangkan sesuatu terjadi atau ada pada saat sekarang. Pengandaian berarti bahwa yang diandaikan tersebut tidak atau belum pernah ada saat ini. Misalnya mengandaikan Indonesia bisa mengirim manusia ke Mars, mengandaikan diri sendiri menjadi Presiden Republik Indonesia. Itulah arti melamun.
Jika sesuatu sudah terjadi dan ada di saat sekarang, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai melamunkan sesuatu atau mengandaikannya. Yang demikian mungkin lebih tepat dikatakan memikirkannya atau merenungkannya. Karena objek pemikiran dan perenungannya jelas ada dan nyata.
Lamunan yang Produktif
Fiksi barangkali bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk lamunan berkelanjutan. Ceria-cerita novel atau kisah-kisah rekayasa dan buatan yang tidak ada di dalam kenyataan bisa dianggap sebagai lamunan yang produktif. Tentu saja hal itu bisa menjadi hal yang positif.