Sedangkan mereka yang dipimpin, akan mengikuti langkah-langkah dan arah yang ditentukan oleh pemimpinnya. Mereka akan menaruh harapan dan keinginan untuk bisa diwujudkan oleh pemimpinnya. Mereka "mewakilkan" mimpi-mimpi dan menyatukannya dengan mimpi pemimpinnya.
Kita ambil saja contoh idealisme yang dibawa oleh Presiden kita Jokowi. Nawacita adalah bentuk dari idealisme dan mimpi-mimpi dari Jokowi untuk Indonesia masa depan. Masa depan terhitung sejak dia kampanye mencalonkan diri dan sejak dia dilantik menjadi Presiden.
Rakyat Indonesia akan dibawa ke arah sana dalam lima tahun ke depan atau dalam sepuluh tahun ke depan jika dia terpilih kembali di tahun 2019 nanti. Itu pun dengan catatan Nawacita sebagai "mimpi" Presiden tidak diubah dan diganti dengan "mimpi" yang lainnya.
Jika ternyata dalam perjalanannya, Nawacita tersebut tidak mampu dia wujudkan, maka Nawacita hanya sebatas mimpi yang terjadi di saat Presiden dalam keadaan tidak sadar (tidur). Mungkin saja Nawacita sebagiannya sudah menjadi nyata sekarang, maka ia bisa kita sebut sebagai "mimpi setengah jadi".
Mewujudkan mimpi ideal menjadi kenyataan real adalah tugas setiap pemimpin. Diterima atau tidaknya seorang pemimpin hanya diukur oleh kedua hal tersebut. Jika pemimpin tidak memiliki idealisme, maka dia ibaratnya seorang nakhoda yang tidak tahu mau kemana kapal berlayar.
Jika pemimpin tidak mampu mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan, maka dia ibarat nakhoda yang sudah tahu arah tetapi tidak bisa mengendalikan jalannya kapal. Peta dan arah bukannya membuat kapal sampai di tujuan yang diimpikan, tetapi justru malah tersesat ke antah berantah tidak karuan.
Merealisasikan Idealisme Kepemimpinan
Mudah bagi seorang pemimpin untuk bercita-cita mengenai sesuatu yang baik dan indah bagi mereka yang dipimpinnya. Mudah bagi pimpinan mengajak yang dipimpin untuk bermimpi bersamanya; bermimpi tentang kebaikan, keindahan, kemakmuran dan kesejahteraan.
Tetapi tidak demikian halnya dengan upaya menghadirkan cita-cita dan mimpi tersebut menjadi kenyataan. Akan banyak rintangan dan hambatan ditemui oleh pemimpin ketika dia bangun dari mimpi dan mulai bekerja mewujudkannya.
Mewujudkan mimpi berarti membawanya ke alam nyata. Alam yang setiap orang sebagai penghuninya memiliki mimpi berbeda-beda. Perbedaan ini pada gilirannya akan menimbulkan pergesekan dan pertentangan dengan mimpi sang pemimpin.
Di Indonesia, banyak mimpi-mimpi yang bersifat pribadi. Banyak pula mimpi-mimpi yang bersifat golongan dan partai. Menyelaraskan beragam mimpi tersebut membutuhkan kerja keras dari seorang pemimpin. Bukan saja dia harus mengamankan mimpinya tetapi juga harus mengamankan keutuhan Indonesia dari "gangguan" para pemimpi lainnya.