Keadaan demikian bisa diakibatkan oleh beberapa hal; bisa dikarenakan dia sedang fokus kepada hal yang lainnya, atau dia sedang melamun pikirannya ke sesuatu yang tidak jelas. Efeknya, kehadiran seseorang menjadi tidak disadarinya.
Intinya, ketidaksadaran itu bisa terjadi ketika seseorang dalam keadaan tidur atau dalam keadaan terjaga. Konsekuensinya apa yang terjadi dan apa yang ada di sekitarnya seolah menjadi tidak ada menurut dirinya.
***
Kesadaran adalah langkah awal dari penilaian. Tanpa adanya kesadaran maka tidak akan ada penilaian. Menilai baik, benar, bagus atau indah tentunya akan diawali oleh tahap kesadaran dahulu.
Tetapi sebaliknya, kesadaran yang ada belum tentu akan mengantarkan seseorang kepada sebuah penilaian. Informasi terkait objek atau peristiwa hanya bercokol dan mengendap di dalam pikiran. Tidak ada reaksi atau respons terhadapnya yang merupakan susulan dari kesadaran sebelumnya.
Banyak terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari, kesadaran ini tidak disertai dengan penilaian. Memang tidak semua bentuk kesadaran harus dimunculkan dalam bentuk penilaian.
Terhadap hal-hal yang sensitif atau kontroversial, biasanya seseorang cukup mengetahui dan menyadarinya tanpa diiringi dengan penilaian. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman antara pelaku peristiwa dengan penilai.
Tetapi terhadap hal-hal atau sesuatu yang kira-kira netral atau justru merupakan hal yang positif, maka kesadaran yang tidak diiringi dengan penilaian adalah hal yang ganjil.
Ganjil karena manusia pada dasarnya menginginkan pengakuan dan pujian. Manusia menginginkan eksistensinya diakui oleh orang lain. Eksistensi sebagai bentuk dari ciri-ciri dan kesejatian dirinya.
Ketika kita belanja di Indomart atau Alfamart, di depan kasir sering ditemui display yang bisa kita sentuh untuk menilai pelayanan; puas atau tidak puas. Tetapi kita sangat jarang melalukan itu. Seolah-olah itu bukan hal yang penting untuk dilakukan.