Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Menulis 40 Artikel dalam 20 Hari (Bagian I)

2 Februari 2018   12:53 Diperbarui: 2 Februari 2018   23:26 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: shutterstock.com)

Tidak terasa sudah satu bulan (4 minggu) bergabung dengan Kompasiana. Selama satu bulan tersebut tidak setiap hari saya menulis artikel. Sama seperti yang lainnya, menulis masih dianggap sebagai kegiatan mengisi kekosongan. Apalagi menulis yang tidak memberi manfaat ekonomi yang nyata.

Tetapi manfaat ekonomi itu bukanlah satu-satunya motivasi untuk para penulis seperti saya. Hal ini di samping karena memang tidak ada "order tulisan" dari diri sendiri untuk menghasilkan tulisan yang bernilai ekonomi, tetapi juga menulis bagi saya bertujuan untuk menuangkan gagasan secara tertib dan teratur.

Memilih Kompasiana sebagai wadah gagasan saya terbukti tepat. Kompasiana menjadi salah satu parameter untuk menilai kualitas tulisan dan gagasan. Wadah ini tidak seperti media sosial lainnya yang sarat dengan hujatan, caci maki dan serangan psikologis atau sarat dengan puja dan puji yang lebay dan narsis.

Kompasiana mendidik anggotanya untuk berpikir jernih tanpa emosi yang akan meracuni nalar dan emosi. Itulah nilai positif Kompasiana yang saya rasakan. Selain dari pada itu, Kompasiana memberi wadah para peminat tulisan kita untuk memberikan apresiasi dengan rating atau komentar. Terima kasih Kompasiana, terima kasih para pembaca.

Baca Juga: Mengingat Kembali Jenis Karangan, Termasuk Jenis Apa Tulisan Anda?

Dari 40 artikel yang dikirim yang saya tulis selama "20 hari kerja" menulis,  35 artikel dipilih Kompasiana sebagai artikel highlight, artikel yang "nongol" di halaman depan. Sejumlah 6 artikel di antara 40 artikel tersebut dalam 30 hari dipilih sebagai artikel headline yang "nongol" di slide atas halaman depan dan "nongol" pula di situs Kompas.com. Demikian juga 1 artikel jadi tren minggu ini.

Sebagai anggota junior, yang baru satu bulan bergabung, tentu bangga rasanya melihat tulisan dibaca ribuan bahkan belasan ribu orang dalam satu bulan. Bangga karena tulisan dijadikan highlight dan bangga karena dijadikan headline sekaligus nongol di situs saudaranya Kompasiana.

Berikut adalah cara bagaimana saya "menikmati" dunia baru sebagai bagian dari keluarga Kompasiana selama satu bulan. Cara ketika mendapatkan ide untuk bahan tulisan dan cara bagaimana ide tersebut menjadi karya tulisan yang disajikan untuk pembaca di Kompasiana.

Mendapatkan Ide Tulisan

Mendapatkan ide tulisan sebenarnya bukan hal yang sulit. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang pikiran dan otaknya kosong dari ide. Maka adalah sebuah kekeliruan jika kita mengatakan bahwa kita tidak memiliki ide untuk menulis.

Jangan kita bayangkan bahwa ide menulis adalah ide yang harus bombastis, intelektual, akademis atau populer. Ide adalah apa yang terlintas di pikiran kita. Terlintasnya ide bisa saja ketika kita memang serius memikirkannya atau ketika kita sedang santai bahkan ketika kita sedang di kamar mandi.

Ide segar dan inspiratif justru kadang-kadang tidak keluar ketika di atas meja kerja dan perpustakaan. Ide kreatif terkadang muncul di tengah jalan yang dilalui, muncul di sela-sela tiduran sambil menonton tipi dan situasi lain yang tidak terikat oleh rencana.

Baca juga: Ketika Merasa Buntu untuk Menulis Sesuatu

Maka mengatakan bahwa kita tidak punya ide untuk menulis, berarti kita telah mencoba "melenyapkan ide" yang sebenarnya ada dalam kepala kita. Bukankah ketika mengatakan "tidak ada ide" untuk menulis sebenarnya kita memiliki ide tersebut; ide untuk tidak mempunyai ide?

Ide tentang "tidak ada ide" sendiri sebenarnya bisa dituangkan menjadi sebuah tulisan. Misalnya tulisan berjudul mengapa saya tidak punya ide untuk ditulis? Apa penyebab tidak ada ide untuk menulis? Bagaimana menghilangkan pikiran tidak ada ide untuk menulis?

Mengembangkan Ide Tulisan

Setelah ide didapat untuk tema sebuah tulisan, biasanya saya menguraikan lagi ide-ide pokok tersebut menjadi ide bawahannya yang lebih detail. Tanpa teknik tersebut, maka ide yang kita dapatkan akan menjadi ide tunggal yang tidak bisa berkembang.

Misalnya ketika saya mendapatkan ide tentang tulisan dengan judul di atas, maka penjabarannya adalah ide-ide turunan berupa angka-angka statistik dari tulisan saya di Kompasiana atau riwayat bergabung dengan Kompasiana.

Ide turunan lainnya adalah cara melakukan "pekerjaan menulis artikel", urutan-urutan ketika mau menulis artikel seperti yang sedang Anda baca ini. Seperti itulah teknik yang saya lakukan.

Jika mau menggunakan alat bantu, ada banyak alat bantu software untuk memudahkan memetakan ide atau konsep atau tema tulisan. Cara kerjanya dengan menampilkan ide-ide tersebut menjadi rangkaian ide yang terhubung antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahuinya, Anda bisa cek langsung tautan di bawah ini.

Baca juga: Inilah Beberapa "Software" yang Bermanfaat untuk Para Penulis

Menuangkan Ide Tulisan Menjadi Paragraf

Ide-ide turunan yang diambil dari ide pokok tadi kemudian dibuat menjadi paragraf-paragraf yang berisi kalimat sempurna atau frasa. Dengan cara demikian maka setiap paragraf yang dituliskan akan terhindar dari pengulangan-pengulangan ide yang telah dituangkan sebelumnya.

Setiap paragraf hanya mengandung satu tema atau ide tulisan. Jika diperlukan, memang terkadang dibuat paragraf baru untuk menegaskan pentingnya satu gagasan, walaupun gagasan tersebut sudah diuraikan dalam paragraf sebelumnya.

Tetapi kita mesti menyadari bahwa paragraf dalam tulisan yang berbentuk non fiksi tentu berbeda dari yang berbentuk fiksi. Di sini yang dimaksudkan adalah menuangkan ide menjadi paragraf dalam tulisan yang sifatnya non fiksi.

Selanjutnya, bagaimana cara memperkaya paragraf dalam sebuah tulisan? Silakan baca di sini: Ketika Menulis 40 Artikel dalam 20 Hari (Bagian II)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun