Menggema suara di luar. Melandai di telinga dan di rasa. Terhibur hati dibuatnya. Dangdut itu jenis lagu mereka. Warisan Bang Haji Rhoma Irama. Waktu tak mampu menguburnya.
Warga tenggelam di malam dan mimpi. Tidurnya seolah tak terusik siapa pun. Dua tiga manusia berjaga-jaga. Waspada bila pencuri itu mendatangi. Aku sama dengan mereka. Diselimuti alunan dangdut pos ronda.
Bukan sekadar hiburan. Tapi keamanan. Nyanyian itu menguatkan. Lelaki-lelaki tanpa kantuk dan bosan. Kampung menjadi wadah. Dijaga dan dipelihara adalah niat mereka.
Oh Bang Haji Rhoma Irama. Tanpamu adakah peronda itu bertenaga. Merdunya nada suara dan indah lirik nyanyian. Memaku mereka tetap berjaga. Aman pun dirasa kami di sini. Hampir tiada ragu dan bimbang.
Tak ada di sini senapan. Tak ada juga macam-macam jebakan. Hanya semangat mereka yang di sana. Berteman alunan dangdut kelana. Cukup untuk mengusir ketakutan. Menjauhkan orang dari niat kejahatan.
Dangdut itu rasa aman. Bukan sekadar nyanyian. Dingin malam bukan rintangan. Gemamu menjalar-jalar. Melilit niat pencuri dan perusuh. Kampung kami pun tenteram dan nyaman.
Terima kasih pos ronda. Terima kasih warga. Terima kasih dangdut. Terima kasih Bang Haji Rhoma Irama.
#Bukan puisi #Tasikmalaya. 26 Januari 2018. 01.51 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H