Setiap kita pasti mengetahui sesuatu. Sesuatu yang merupakan pengetahuan bisa berupa pengetahuan yang berasal dari cerapan pancaindra atau pengetahuan yang bersumber dari refleksi terhadap peristiwa. Apa pun itu, bentuk dan jenis dari pengetahuan, secara filsafat termasuk dalam kategori dan bahasan mengenai teori pengetahuan.
Epistemologi? Ya, sebuah tema berat yang berasal dari dunia filsafat yang dihasilkan oleh para filosof teoretikus berkepala botak dan tua. Itulah hasil pemikiran mereka mengenai teori pengetahuan.
Apa hakikat pengetahuan? Apa sumber-sumbernya? Bagaimana mengukur benar tidaknya pengetahuan? Seperti itulah sebagian kecil pembahasan dalam epistemologi. Tulisan ini merupakan pengantar mengenai epistemologi untuk sekadar memberikan dasar-dasar mengenai problem dalam pengetahuan yang kita miliki.
Anomali Pengetahuan
Tidak seperti kebanyakan orang yang sering mengklaim benar begitu saja pengetahuan yang dimiliki, para filosof memulai spekulasinya dengan asumsi bahwa mereka justru memiliki persoalan terkait dengan pengetahuan yang dimiliki. Pada saat mereka merenungkan lebih mendalam mengenai hal tersebut, mereka menemukan bahwa pengetahuannya kadang meragukan atau bahkan tidak dapat dipercaya lagi kebenarannya.
Fakta mengenai pengetahuan yang meragukan dan bahkan tidak dapat dipercaya ini disebabkan oleh adanya anomali-anomali tertentu dalam pengalaman manusia mengenai dunia sekitarnya.
Secara garis besar, dalam wacana epistemologi, ada dua macam anomali yang merupakan problem abadi dalam epistemologi. Kedua hal tersebut adalah problem terkait dengan pengetahuan dunia luar (external world) dan problem terkait dengan pikiran yang lain (other mind problem). Kedua problem tersebut dapat digambarkan dengan contoh sebagai berikut.
External World Problem
Kita menyadari dan mengakui bahwasanya pandangan mata sebagai salah satu indra manusia sering menimbulkan kesan keliru ketika melihat sesuatu objek. Contohnya adalah ketika kita melihat sedotan di dalam gelas yang berisi air. Mata kita mengesankan dan memberikan informasi bahwa sedotan tersebut bengkok atau tidak lurus.
Tetapi apakah benar bahwa sedotan tersebut memang bengkok keadaannya seperti yang diinformasikan oleh pandangan mata? Dengan mudah kita dapat menyebutkan bahwa sesungguhnya sedotan tersebut tidaklah bengkok keadaannya dengan cara mengeluarkannya dari dalam gelas yang berisi air tadi.
Tetapi masalahnya adalah apakah dengan melihat sedotan dikeluarkan dari dalam air sudah mencukupi sebagai bukti bahwa sedotan tersebut tidak bengkok sedangkan mata yang sama memperlihatkan bahwa ketika dalam gelas berisi air, sedotan tersebut tampak bengkok?