Haha. Saya sedikit tertawa dengan judul yang saya tulis sendiri itu. Rangkaian kalimat itu mirip-mirip tautologi atau malah kontradiksi. Tapi terkadang dalam kehidupan sehari-hari retorika dan pelesetan kata bisa menjadi hiburan juga bagi kita. Lihat saja "Cak Lontong" kalau tidak percaya.
Preposisi yang dijadikan judul di atas bisa saja digunakan untuk memotret hubungan percintaan antara dua orang manusia yang tidak mendapat restu orang tua. Bisa juga digunakan untuk memotret perkongsian bisnis segitiga di mana masing-masing anggotanya berusaha saling mencari keuntungan satu sama lain.
Namun di sini preposisi tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan peta hubungan kepercayaan dan cara kerja proses terjadinya sebuah kepemimpinan di mana pun berada. Perhatikan saja nanti ketika pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018 ini.
Tulisan ini sekadar sebuah imajinasi dari penulis amatir yang baru gabung dengan Kompasiana yang tentunya bukan seorang pengamat politik. Sekarang, mari kita lanjutkan permainan kata-katanya. Permainan dengan cara mengurai bagian-bagian dari kalimat di atas.
"Aku Bagian darimu"
Setiap kita mencoblos gambar calon anggota dewan atau pimpinan baik daerah atau nasional, kita seakan berkata pada mereka yang kita pilih tersebut: "aku dukung kamu oleh karenanya aku adalah bagian darimu". Begitu kan sebenarnya yang terjadi ketika kita memilih?
Sebuah "kepercayaan hidup mati" dalam urusan politik yang kita yakini, kita pasrahkan kepada calon idaman dan pilihan kita. Berharap bahwa mereka akan menyuarakan dan mewujudkan aspirasi-aspirasi dari rakyat yang salah satunya adalah kita, akhirnya dengan penuh keyakinan kita coblos gambar-gambar pilihan kita itu.
Tanpa peristiwa yang dimulai dari penyerahan kepercayaan kita kepada mereka dalam bentuk pencoblosan gambar calon pilihan kita, maka demokrasi di Indonesia tidak akan jalan. Jadi "aku bagian darimu" menjadi keharusan untuk dijalankan oleh segenap rakyat Indonesia.
Tidak ada pilihan lain. Meskipun bisa saja abstain, tetapi apa jadinya sebuah praktik demokrasi apabila dalam pemilu, pemilihnya abstain semua? Mustahil terlahir sebuah kepemimpinan jika semua pemilihnya abstain. Maka mau tidak mau harus ada amalan dari dalil "aku bagian darimu" tersebut.
Sejak tahap inilah proses penyerahan kekuasaan dan penunjukan wakil dari kita sebagai rakyat dimulai. Tidak peduli apakah penyerahannya melalui proses bujukan dan "serangan fajar" atau tidak, yang jelas proses tersebut sudah dimulai.
"Tetapi Anda..."