Kata profesional yang selalu menempel pada diri seorang guru memang telah ada sejak diterbitkannya peraturan tunjangan bagi guru, tapi dalam praktiknya belum menggambarkan sebenarnya. Masih banyak dijumpai guru yang belum mengenal baik pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, padahal ini adalah tuntutan pembelajaran pendidikan abad 21. Apa yang harus dilakukan?.
Jangka pendek. Meskipun belum dapat diperkirakan sampai kapan "the new normal" ini akan dimulai namun sepertinya pembelajaran daring study from home ini sampai bulan juli tepat berakhirnya Tahun Ajaran 2019/2020.
Negara-negara Eropa semisal Italia hendak memberlakukan pembelajaran di sekolah normal kembali pada bulan september 2020, meskipun banyak orang tua protes dan menuntut untuk segera dilakukan pembenahan sistem pendidikan dan meyakinkan agar pendidikan di sekolah aman bagi anak-anak mereka, tapi di Indonesia orang tua sepertinya masih aman-aman saja dan keprihatinannya belum muncul ke publik.
Jangka pendek pelaksanaan pendidikan di masa pandemi yang belum berakhir ini mungkin dapat dilakukan dengan kehadiran siswa model ganjil genap. Kehadiran siswa yang terbatas ini tentunya bagi lembaga pendidikan yang telah mengevaluasi diri, pembelajaran daring tidak terselenggara dengan baik. Model ganjil genap akan membatasi jumlah civitas di sekolah dan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Bagaimanapun siswa-siswa telah menahan "rindu" kepada guru-gurunya.
Jangka panjang. Jika kita membaca perkembangan virus corona dari tahun ke tahun, dan terus berpotensi mengalami mutasi tentu penduduk bumi harus lebih waspada, pandemi kemungkinan akan berulang dimasa mendatang. Bisa jadi setelah ditemukan vaksin beberapa bulan kemudian muncul spesimen virus corona baru. Aturan penyelenggaraan pendidikan sepertinya perlu di tata ulang.
Pertama, pemerintah mempersiapkan tenaga pendidik yang benar-benar menguasai teknologi, dan ini adalah suatu keharusan. Â Ada baiknya menerapkan konsep TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang pernah digagas oleh Mishra dan Koehler (2006).Â
TPACK sampai saat ini telah menjadi acuan oleh banyak peneliti dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan beberapa model pembelajaran. Istilah yang kemudian dikenal dengan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) adalah sebuah framework untuk mendesain model pembelajaran baru modern yang menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan.
Penerapan TPACK ini harus didukung dengan SDM guru yang sangat memadai. Â Kedua, aturan jumlah rombongan belajar dikelas memang harus tegas untuk diterapkan bagi lembaga pendidikan. Â Rasio guru dan di Indonesia sampai tahun ini sangatlah mewah dengan perbandingan 1:26 (BKN 2019) yang mengalahkan singapura dengan 1:44, namun kenyataannya masih banyak dijumpai ruang kelas gendut yang dihuni 35-40 siswa. Â Sangat tidak efisien, kurang manusiawi untuk pembelajaran. Idealnya adalah 25-30 siswa sehingga lingkungan pembelajaran lebih nyaman dan kondusif, lebih ke "physical distance" dalam pembelajaran, dan setidaknya mengurangi resiko penularan berbagai jenis penyakit.
Struktur kurikulum juga perlu ditata ulang dengan mengurangi muatan belajar siswa dengan konten kekinian sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H