Pada model ini pembelajaran tidak terfokus pada kegiatan tatap muka dikelas (face to face), tetapi menggunakan juga teknologi berbasis web (online learning) untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dikelas konvensional.Â
Blended learning akhirnya menjadi model pembelajaran yang cukup efektif, suasana yang jenuh belajar dikelas dapat dilanjutkan dirumah dengan kegiatan belajar yang menyenangkan dan interaktif secara online. Penggunaan teknologi yang berbasis webini menuntut guru benar-benar menguasai teknologi, kuasai teknologi atau terpaksa ikut punah karena pembelajaran yang dilakukan tidak menarik lagi.
Hebatnya teknologi yang ikut mendukung kegiatan pendidikan tetap memiliki kelemahan, dan hal ini dapat di atasi dengan kehadiran dan peran guru sebagai makhluk sosial. Â Google atau AI (Artificial Intelligence) yang dibenamkan pada robot, mungkin saja bisa mengambil peran dalam mendidik secara kognisi atau skill, tapi tidak untuk mendidik karakter atau sikap (attitude).Â
Peran guru sepanjang zaman tetap tak tergantikan dalam masalah ini, kasus pendidikan masa kini titik beratnya bukanlah target kompetensi semata, tapi luaran pendidikan berupa karakter yang unggul dan ber-akhlak mulia. Kasus menyedihkan pembunuhan guru Budi di Sampang adalah contoh kasat mata, bagaimana pendidikan telah gagal "membunuh" perilaku negatif, ketidaksantunan, keberingasan pada diri peserta didik.Â
 Diakhir tulisan ini ada baiknya merenungkan kembali fungsi guru secara klasikal; "Materi Pembelajaran adalah sesuatu yang penting, tetapi metode pembelajaran jauh lebih penting daripada materi pembelajaran. Metode pembelajaran adalah sesuatu yang penting, tetapi guru jauh lebih penting daripada metode pembelajaran. Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi jiwa guru jauh lebih penting dari seorang guru itu sendiri".
 Kemajuan teknologi dirasakan telah banyak membantu siswa dalam mendapatkan informasi pengetahuan dan literasi yang melimpah, namun teknologi tidak sanggup menciptakan jiwa. Jiwa guru membiaskan sikap profesional, kepribadian luhur, humanis dan keteladanan, sudah semestinya keduanya bersinergi dalam menyokong tujuan pendidikan secara umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H