Pada tanggal 21 Juli 2021, Kota Zhengzhou yang terletak di Provinsi Henan, Tiongkok dilanda banjir besar. Di hari itu saja 624 mm hujan turun, di mana 1/3 nya turun di pukul 16.00-17.00 waktu setempat.Â
Curah hujan ini setara curah hujan yang turun selama 8-12 bulan, turun dalam waktu 24 jam. Ini memecahkan rekor curah hujan setempat yang terjadi 60 tahun lalu. Air hujan yang turun begitu banyaknya mengakibatkan banjir bandang yang tak terelakkan.Â
Lalu lintas lumpuh, aktivitas warga terhenti, orang-orang terjebak di jalan dan di rumahnya. Sedikitnya 1/5 juta penduduk Zhengzhou dievakuasi ke tempat pengungsian. Sementara itu, sekitar 500 orang terjebak di dalam kereta bawah tanah yang terendam air bah dahsyat.Â
Dalam video di atas, terekam detik-detik mengerikan para penumpang kereta yang terjebak di dalam kereta yang sudah tergenang air berwarna kecoklatan. Dapat dirasakan betapa mengerikannya ketika para penumpang menyadari arus air yang mengalir di luar kereta sangatlah deras dan lebih tinggi daripada air yang menggenangi gerbong kereta tersebut.Â
Beruntungnya sebagian besar dari mereka berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat. Namun nahas, sedikitnya 12 mayat ditemukan tak bernyawa di gerbong kereta bawah tanah itu.Â
Tentunya hal ini dapat dijadikan pelajaran bagaimana pentingnya sistem penyelamatan penumpang pada keadaan darurat banjir jika terjadi di dalam Subway System (Sistem kereta bawah tanah).Â
Dengan begitu, saya berpikir bahwa PT. MRT Jakarta dan Pemprov DKI harus menyiapkan protokoler dan sistem penyelamatan yang efektif jika terjadi skenario-skenario banjir terburuk seperti ini. Mengingat sejumlah segmen dari MRT ini underground atau terletak jauh di bawah tanah, perubahan iklim terus memacu cuaca ekstrem menjadi lebih ekstrem, dan juga penurunan muka tanah di DKI Jakarta yang sejujurnya sangat menghkawatirkan.
Dengan begitu, protokol dan sistem penyelamatan terpadu ini bukan hanya harus tersedia, namun harus disosialisasikan kepada masyarakat dan pihak berwenang setempat. Maka jika terjadi skenario darurat banjir ekstrem seperti ini pengguna MRT tau apa yang harus dilakukan seperti tidak panik dan segera meminta pertolongan lewat tombol darurat banjir yang disediakan.
Di sisi lain, petugas penyelamat harus sudah tahu apa yang harus dilakukan saat harus menyelamatkan penumpang yang terjebak dan sudah terlatih dalam skenario evakuasi yang bisa dilakukan.
Petugas harus dilatih untuk melakukan penyelamatan secepat mungkin. Mengingat setiap detik sangatlah berarti bagi mereka yang terjebak di dalam gerbong. Air mengalir membanjiri gerbong tidak akan berhenti sendiri, penumpang di dalam gerbong perlu diselamatkan.
Diharapakan kejadian seperti ini tidak perlu terjadi di DKI Jakarta ataupun di tempat lain di seluruh dunia. Tapi dengan perubahan iklim dan sebagainya, kita harus bersiap dan selalu siap dalam menghadapi setiap skenario terburuk yang ada. Karena setiap nyawa yang bisa diselamatkan sangatlah berarti bagi keluarga korban.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H