Di tengah memburuknya kondisi pandemi covid-19 di Indonesia, Presiden Jokowi memaparkan target vaksinasinya dalam acara 11th Kompas 100CEO Forum 2021. Ia menargetkan agar Indonesia bisa melakukan vaksinasi sebanyak 1 juta dosis/hari.
"Ada kurang lebih 30.000 vaksinastor, ada 10.000 Puskesmas, 3.000 RS yang bisa kita gerakkan. Katakanlah ini itung-itungan ada 30.000 vaksinator, 1 hari bisa mengerjakan 30 orang yang divaksin, sehari artinya sudah hampir 1 juta. ini angka yang besar sekali. Ini kekuatan kita ada di sini. Negara lain gak punya, puskesmas nggak punya. Tiap tahun juga melaksanakan vaksinasi imunisasi terhadap anak-anak kita," ujarnya.
Dalam kesempatan lain ia juga menargetkan agar vaksinasi covid-19 di Indonesia bisa selesai dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Realistiskah?
Pertanyaan penting ini muncul di benak saya. Mungkin pembaca juga mempertanyakan hal yang sama.Â
Pendapat pribadi saya menjawab, tidak realistis sama sekali. Tentu jawaban saya punya beberapa alasan kuat yang mendasari.Â
1. Adakah Vaksinnya?
Tentu ini persoalan penting bagi pelaksanaan vaksinasi. Adakah vaksinnya? Kalau tidak ada vaksinnya ya program vaksinasi tidak bisa berjalan.Â
Pada saat tulisan ini dibuat, Indonesia baru memproduksi dan mendistribusikan sebanyak 1.2 juta dosis vaksin COVID-19 ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Padahal, program vaksinasi sudah dimulai hampir 2 minggu yang lalu di tanggal 13 Januari 2021.
Jika Pemerintah Indonesia ingin menyuntikkan 1 juta dosis vaksin/hari maka setidaknya produksi dan persediaan vaksin nasional harus >1-2 juta/harinya.Â
2. Logistik Vaksin
Selain ketersediaan vaksin, pemerintah harus menyiapkan distribusi vaksin dengan sangat matang. Terlebih jika distribusi vaksin menuntut ketersediaan logistik yang tidak mudah. Vaksin-vaksin ini harus didistribusikan dalam suhu simpannya yang bervariasi mulai dari 8 derajat celsius sampai -70 derajat celsius. Dengan begitu, vaksin-vaksin ini harus disimpan dalam kulkas khusus.
Tentu ini hal yang sangat penting. Khususnya jika kita menghadapi iklim tropis lembab dan panas seperti di Indonesia. Maka persiapan harus dilakukan bukan hanya dalam hal pengadaan vaksin. Namun juga hal-hal seperti pengadaan kontainer khusus, dan item-item penunjang lain seperti jarum suntik, tempat pembuangan wadahnya, dan lain-lain.
3. Kapasitas Distribusi Vaksin
Setelah membahas logistik, kita harus membahas distribusi vaksin. Bagaimana grand design pelaksanaan vaksinasi di Indonesia? Jujur saja saya kurang tahu. Informasi di media online belum banyak membahas tentang ini. Artinya memang sosialisasi dari pemerintah sendiri pun masih kurang.
Belum diketahui secara jelas bagaimana pemerintah akan mendistribusikan vaksin-vaksin covid-19 dari tempat produksi hingga ke puskesmas di desa-desa.Â
Penting untuk memperhatikan dan menyiapkan cold chain (rantai dingin) distribusi vaksin covid-19. Bagaimana cara vaksin didistribusikan dengan tetap memperhatikan suhu penyimpanan vaksin dari pusat produksi atau port penerima vaksin jadi ke tempat penyimpanan vaksin di tingkat provinsi. Kemudian dari provinsi ke kabupaten/kota. Lalu ke kecamatan dan sampai ke rumah sakit, puskesmas, atau tempat vaksinasi lainnya tanpa terputus.Â
Jika target 1 juta vaksinasi ingin tercapai, maka setidaknya pemerintah harus mempersiapkan tempat-tempat penyimpanan vaksin covid-19 di daerah. Tempat penyimpanan berupa cold storage yang cukup besar dan setidaknya diprioritaskan untuk vaksinasi covid-19. Kemudian mempersiapkan alur distribusi hingga pengedaran/distribusi bisa mencapai lebih dari 1 juta dosis/hari dan keperluan distribusi vaksin lainnya.
4. Kapasitas Tempat Vaksinasi
Pesoalan ini membahas bagaimana pemerintah lewat pemda dan dinas setempat bisa memberdayakan tempat-tempat yang potensial menjadi tempat vaksinasi. Tempat-tempat seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, balai desa/balai RW, kantor dinas kesehatan, dan bahkan kantor kecamatan merupakan tempat yang potensial bagi proses vaksinasi.
Hanya tinggal bagaimana pemerintah bisa menyiapkan dan memberdayakannya. Kantor kementerian misalnya. Bisa saja gedung kementerian kesehatan digunakan untuk pusat program vaksinasi penduduk setempat. Mengingat ia terletak di kawasan padat penduduk, kebutuhan fasilitas vaksinasi tentu meningkat.Â
Maka dari itu, pemda yang memegang program vaksinasi di daerah padat penduduk harus memutar otak bagaimana caranya menyelenggarakan vaksinasi di tempat-tempat yang dapat digunakan. Jangan dilupakan juga masalah distribusinya. Bakal jauh lebih rumit mengatur distribusi vaksin ke ratusan tempat vaksinasi daripada untuk mengatur hanya puluhan tempat saja.Â
5. Kapasitas Sumber Daya Manusia Pemberi Vaksin
Tanpa petugas pemberi vaksin, maka vaksin tidak bisa digunakan. Dengan begitu, persoalan SDM Vaksinator ini menjadi sangat penting untuk dibahas. Terlebih di saat pandemi covid-19 menuntut banyak petugas medis, para nakes untuk berjibaku merawat pasien covid-19.
Saat ini saja mereka kewalahan bertahan di tengah derasnya pasien covid-19. Bagaimana alokasi tenaga pemberi vaksin ini dari tenaga medis yang ada? Bagaimana pemerintah bisa memberdayakan sumber daya manusia yang ada dan belum ada? Sebab sumber daya manusia yang ada reserved untuk penanganan pandemi, dll.
Maka, pemerintah perlu merekrut relawan yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dengan jumlah yang begitu banyak.
6. Kapasitas Vaksinasi
Permasalahan terakhir ini merupakan gabungan dari permasalahan-permasalahan kapasitas yang ada di atas. Jika belum ada vaksinnya, program vaksinasi mau jalan pakai apa? Jika ada vaksinnya tapi tidak ada jarum suntiknya (keperluan vaksinasi) bagaimana bisa disuntikkan?Â
Jika bahan-bahannya sudah ada tapi tidak bisa dikirim bagaimana distribusinya? Jika distribusinya alhamdulillah lancar, adakah tempat vaksinasinya? Bagaimana kapasitas serta sebaran tempat vaksinasinya? Layakkah tempatnya? Jika sudah dapat tempatnya, adakah orang yang bisa menyuntikkannya? Apakah cukup, atau perlu ditambah? Meratakah sebarannya?Â
Jika pertanyaan-pertanyaan mendasar tadi bisa terjawab dengan mudah, maka pemerintah boleh berangan-angan melakukan vaksinasi 1 juta dosis/harinya.
Jika ditanya:
Apakah Indonesia Mampu?
Menurut saya bisa-bisa saja. Kenapa tidak? Semua hal jika diusahakan kan pasti bisa.
Namun ya itu tadi. Masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Masih banyak hal yang harus disiapkan. Masih perlu usaha dan waktu panjang untuk merealisasikannya.Â
Kalau mau realistis ya dipikir sendiri. Saya taruh datanya di sini.
Jumlah pemberian vaksin harian saja baru menyentuh angka maksimal 13.200 dosis/hari. Belum mencapai setengah dari rasio 1/10.000 penduduk yaitu 27.000 dosis/hari. Artinya akan butuh 20.000 hari lebih untuk memvaksinasi seluruh penduduk RI sekarang atau setidaknya 54 tahun.
Padahal agar mendapatkan efikasi penuh, harus dilakukan 2 dosis vaksinasi, belum lagi menghitung populasi yang juga akan terus bertambah. Tidak bakal terkejar oleh laju vaksinasi sekarang. Hadeh...
Total dosis vaksin yang disuntikkan juga masih belum mencapai rasio 1/1000 penduduk, yaitu 270.000 penduduk divaksinasi. Padahal target vaksinasi adalah 185.000.000 orang divaksin. Artinya sangat naif jika ingin menuntaskan vaksinasi dalam 1 tahun bahkan kurang dari itu.Â
Jika dibandingkan dengan negara lain pun Indonesia masih tertinggal sangat jauh. Belum menyentuh total 1 juta dosis dan 1/1000 populasi.
Terlihat jelas Indonesia masih sangat jauh tertinggal. UK yang memiliki program vaksinasi yang terencana, sistematis, dan terstruktur saja belum dapat melakukan vaksinasi 500.000 dosis/hari. Tanpa peningkatan kapasitas, Indonesia hanya bisa berharap untuk melakukan vaksinasi 1.000.000 dosis/hari seperti Amerika Serikat.
Jika pemerintah mau mencapai 1.000.000 dosis vaksin/hari, maka optimalisasi kapasitas penyuntikan harus ditingkatkan 100 kali lipat kapasitas sekarang.Â
Pemerintah harus berupaya sekeras, sepintar, dan secepat mungkin dalam menyukseskan program vaksinasi ini. Jika dalam program 3T saja pemerintah lakukan setengah hati, program vaksinasi tidak boleh jatuh ke nasib yang sama. Testing rendah, tracing lemah, treatment pun keteteran jadinya. Walaupun rakyat siap divaksinasi, jika pemerintah lelet, program vaksinasi akan gagal.
Sekian, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H