Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Angka Infeksi Covid 19 di DKI Bisa 5 Kali Lipat Angka Resmi

22 Januari 2021   14:22 Diperbarui: 22 Januari 2021   17:27 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta, via: corona.jakarta.go.id

Angka kasus COVID-19 harian di DKI kian mengkhawatirkan. Per-tanggal 21 Januari 2021, angka kasus infeksi COVID-19 di DKI Jakarta tercatat adalah sebanyak 239.226 kasus dengan kasus yang sudah sembuh sebanyak 213,570 orang, korban meninggal sebanyak 3,900 orang, dan kasus aktif sebanyak 21,756 orang.

tangkapan layar kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta, via: corona.jakarta.go.id
tangkapan layar kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta, via: corona.jakarta.go.id

Setidaknya 25% atau 1/4 kasus COVID-19 di Indonesia berasal dari DKI saja. Angka ini sebenarnya relevan dengan porsi tes yang dilakukan oleh DKI Jakarta. DKI Jakarta telah mengetes 2,460,182 orang, sedangkan Indonesia secara keseluruhan mengetes 5,718,753 orang. Artinya 43% tes nasional sebenarnya dilakukan di DKI Jakarta. Dengan begitu, positivity rate DKI Jakarta sendiri ada di angka 9,7%. Sedangkan, Indonesia secara keseluruhan di angka 16,6%.

Namun, ini tidak menjadi alasan kenapa angka positif bisa mencapai level yang begitu tinggi. Yaitu 239,000 kasus atau setidaknya 2.2% populasi DKI Jakarta. Artinya 1 dari 50 orang yang ada di DKI Jakarta sudah terpapar COVID-19. Angka ini adalah angka kasus yang terkonfirmasi. Bagaimana dengan angka infeksi sebenarnya? 

Kemungkinan besar kita tidak akan pernah tahu. Tetapi, kita bisa menebak/membuat model melalui aproksimasi atau pendekatan. Bagaimana caranya?

Cukup simple sebenarnya. Pertama kita harus mengetahui IFR (Infection Fatality Rate) atau tingkat kematian infeksi COVID-19. Berapa angka IFR COVID-19?

IFR (Infection Fatality Rate) COVID-19

Apa itu IFR COVID-19 dan apa bedanya dari CFR?

IFR adalah angka yang menunjukkan berapa orang yang meninggal pasca terpapar COVID-19. Sedangkan CFR adalah angka yang menunjukkan berapa orang yang meninggal pasca terkonfirmasi terpapar COVID-19. Kata kuncinya adalah testing. Jika seseorang tidak dites, kita tidak dapat mengetahui apakah ia mengidap COVID-19 atau tidak. Makanya perhitungan IFR dilakukan dengan data seroprevalensi atau prevalensi antibodi SARS-CoV-2 (virus COVID-19) di populasi, bukan menggunakan data kasus COVID-19.

Menurut penelitian yang dibuat oleh peneliti Stanford, John P A Ioannidis tahun lalu, IFR dari COVID-19 ini ada di angka 0.00% sampai 1.54%, dengan median 0.23%. Tingkatnya bervariasi, mulai dari kategori pertama;

1. Yaitu dengan angka 0.09% (di lokasi dengan tingkat kematian populasi COVID-19 lebih rendah dari rata-rata global)(<118 kematian / juta). kedua;
2. Yaitu dengan angka 0.20% di lokasi dengan 118--500 kematian / juta orang COVID-19, dan ketiga;

3. Yaitu dengan angka 0.57% di lokasi dengan> 500 kematian akibat COVID-19 / juta orang .

(Loannidis, 2020).

Tentunya angka IFR absolut akan sangat bervariasi berdasarkan median age (rerata umur populasi), prevalensi komorbid, kecepatan penyebaran, pelayanan kesehatan, kualitas sanitasi, kepatuhan masyarakat, dll. Namun, kita bisa mengambil aproksimasi angka IFR dari penelitian di atas. 

Berapa aproksimasi IFR DKI Jakarta?

Apakah termasuk kategori pertama?

Tidak!! 

Angka kasus kematian pasien COVID-19 di DKI adalah 3,900.  Jika kita menggunakan skala (kematian/juta), kita akan mendapatkan angka 362 kematian/juta.  Artinya skala kematian akibat COVID-19 di DKI 3 kali lebih tinggi dari rata-rata global yaitu (118 kematian/juta). Dengan begitu, angka IFR DKI tidak bisa dimasukkan ke kategori pertama, dan pindah ke kategori 2 yang mendekatkan IFR ke angka 0.20%.

Menariknya, angka kematian DKI tidak mencerminkan angka kematian akibat COVID-19 yang akurat. Angka 3,900 kematian adalah angka mereka yang meninggal terkonfirmasi COVID-19. Padahal, WHO menginstruksikan untuk menghitung kematian suspek dan probabel yang meninggal tapi belum dites atau belum keluar hasil tesnya. Negara maju seperti UK bahkan menghitung mereka yang meninggal <40 hari setelah terpapar COVID-19. Hal ini dikarenakan konsiderasi kematian yang terjadi pada pasien COVID-19 atau yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19, tapi meninggal pasca terpapar COVID-19 merupakan hasil dari pemburukan/komplikasi yang ditimbulkan COVID-19.

Kembali ke angka kematian yang akurat. Berapakah pasien COVID-19, probable, dan suspek COVID-19 yang meninggal di DKI Jakarta? 11,544 orang. Artinya angka kematian di DKI Jakarta sebenarnya bisa hampir 3 kali lipat angka meninggal terkonfirmasi. Menariknya lagi, terdapat 12,825 proses penguburan menggunakan protap COVID-19 yang dilakukan di DKI Jakarta. Dengan melihat angka penguburan protap kita bisa melihat gambaran yang lebih luas bagaimana pengaruh pandemi COVID-19 ini.

Jika kita memakai median angka 11,544 dan 12,825, maka kita akan mendapatkan angka 12,184.5 kematian. Artinya sekitar 1/1000 populasi DKI sudah meninggal akibat COVID-19. Jika kita mengubahnya ke skala kematian/juta, maka kita akan mendapatkan angka 1,131 kematian/ 1 juta populasi.

Ini berarti, skala kematian akibat COVID-19 di DKI Jakarta mencapai lebih dari 2 kali standar yang ada di kategori 3 aproksimasi IFR, yaitu dengan angka 0.57%. 

JIka kita memakai median antara 12,184 dan 3,900, maka kita akan mendapatkan angka 8,042 kematian dengan skala 747 kematian/ 1 juta populasi. Lagi-lagi hasil perhitungan ini memaksa kita untuk memakai angka 0.57% sebagai aproksimasi IFR DKI Jakarta. 

Perhitungan

Oke, kita akan memakai perhitungan dengan asumsi: 

1. 3,900 kematian dengan IFR 0.20%,

2. 8,042 kematian dengan IFR 0.57%,

3. 12.184 kematian dengan IFR 0.57%.

Dengan populasi sebanyak 10,770,000 orang. Maka aproksimasi jumlah kasus infeksi di DKI adalah:

1. 1,950,000 kasus infeksi

2. 1,410,878 kasus infeksi

3. 2,137,543 kasus infeksi

Jika di rata-rata, maka kita akan mendapatkan angka 1,832,807 kasus infeksi atau setidaknya 17% populasi DKI Jakarta. Artinya 17 dari 100 orang di DKI Jakarta bisa jadi sudah terpapar COVID-19.

Jika kita bertanya mana angka yang paling mendekati, maka saya tidak bisa memberikan jawaban pasti. Namun, analisa saya menaruh IFR COVID-19 di DKI Jakarta agak lebih tinggi dari IFR yang diberikan oleh Loannidis. 

Setidaknya angkanya di level 0.6%-1% atau lebih tinggi daripada estimasi angka median IFR dunia yaitu 0.23%. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari gaya hidup, layanan kesehatan, kecepatan testing dan tracing,  dll. Kita mengetahui bahwa prevalensi perokok di DKI Jakarta sangatlah tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2019, jumlah perokok di DKI Jakarta mencapai 26% untuk usia 15 tahun ke atas dan rata-rata menghabiskan 72 batang rokok per minggu atau 10,3 batang rokok per hari. Padahal kita juga mengetahui bahwa perokok memiliki risiko relatif COVID-19 yang lebih besar jika dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok terbukti memudahkan reseptor ACE-2 di saluran pernapasan manusia untuk lebih mudah diinfeksi oleh COVID-19.

Prevalensi perokok DKI Jakarta tahun 2019, via: PORTAL STATISTIK SEKTORAL PROVINSI DKI JAKARTA 
Prevalensi perokok DKI Jakarta tahun 2019, via: PORTAL STATISTIK SEKTORAL PROVINSI DKI JAKARTA 

Selain itu, lambatnya testing dan penuhnya layanan kesehatan dapat membuat risiko kematian akibat COVID-19 di DKI Jakarta meningkat. Hal ini menjelaskan betapa tingginya kematian terkonfirmasi, probabel, dan suspek pasien COVID-19 di DKI Jakarta yang mencapai lebih dari 1000 kematian/ 1 juta populasi atau 0.1% penduduk DKI. 

Jika kita mengambil:

1. IFR=0.6% 

2. IFR=0.8%

3. IFR=1.0%

dan dengan 8,000-12,000 kasus kematian, maka setidaknya ada 800,000-2,000,000 kasus infeksi di DKI Jakarta. Artinya prevalensi penularan di DKI Jakarta sudah sangat tinggi. Namun belum cukup tinggi atau masih sangat jauh untuk mencapai herd immunity threshold (>67%) (baca tulisan saya mengenai herd immunity dan HIT (herd immunity threshold) di link ini).

Terimakasih

Referensi

Infection fatality rate of COVID-19 inferred from seroprevalence data. Publication: Bulletin of the World Health Organization; Type: Research Article ID: BLT.20.265892 .John P A Ioannidis

http://statistik.jakarta.go.id/perilaku-perokok-dki-jakarta-2019/

https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun