Pembaca mungkin sudah sering dan bahkan kenal dengan istilah herd immunity. Istilah ini sering diulang-ulang waktu masa awal Pandemi COVID-19 menghantam Indonesia. Namun, penggunaan istilah ini seringkali dikonotasikan dengan implikasi dan stigma negatif yang ia bawa. Padahal, melalui herd immunity inilah pandemi dapat diselesaikan. Pengartian herd immunity yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya banyak beredar di masyarakat. Maka dari itu, di sini penulis akan memberikan pengetahuan mengenai herd immunity itu sendiri dalam kajian ilmiah dan bagaimana penggunaannya dalam bahasa akademis.
1. Apa itu "herd immunity"?Â
Herd immunity kekebalan kawanan adalah keadaan ketika sebagian besar orang kebal dari suatu  penyakit menular, dengan begitu keseluruhan populasi bisa terlindungi dari risiko penularan.
Misalnya, jika 80% populasi kebal terhadap virus, empat dari setiap lima orang yang menjumpai seseorang dengan penyakit, tidak akan terinfeksi (dan tidak akan menyebarkan penyakit lebih jauh). Dengan cara ini, penyebaran penyakit menular dapat dikendalikan.
2. Bagaimana herd immunity bisa tercapai?
Tentunya dengan membuat sebagian besar populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Kekebalan yang ada merupakan respon tubuh memproduksi antibodi untuk mencegah infeksi di masa mendatang.Â
3. Bagaimana cara mendatangkan imunitas atau kekebalan tersebut?Â
Ada 2 cara, yang pertama adalah pembentukan antibodi lewat respon tubuh terhadap infeksi yang lalu. Artinya seseorang perlu terinfeksi virus tersebut agar mendapatkan kekebalan.
Yang kedua adalah pembentukan antibodi lewat respon tubuh terhadap vaksin atau melalui imunitas buatan. Seperti yang kita ketahui bahwa vaksin berfungsi sebagai pemicu agar tubuh dapat menghasilkan suatu respon kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit atau infeksi.Â
4. Bagaimana sebenarnya kriteria dari "Sebagian Besar Populasi"?
Sebagian besar populasi di sini merupakan simplifikasi dari herd immunity threshold (HIT) atau Ambang Kekebalan Kawanan. Ambang Kekebalan Kawanan didefinisikan sebagai proporsi individu dalam suatu populasi yang, setelah memperoleh imunitas, tidak lagi dapat memasuki rantai penularan.
Jika proporsi individu yang kebal dalam suatu populasi di atas ambang batas ini, wabah yang berlangsung akan padam dan penularan patogen endemik akan terputus. Dengan kata lain, ambang inilah yang menentukan besar persentase populasi yang perlu kebal untuk membalikkan pertumbuhan epidemi.
5. Bagaimana cara mencapai herd immunity threshold atau Ambang Kekebalan Kawanan tadi?Â
Seperti infeksi lainnya, ada dua cara untuk mencapai kekebalan kawanan: Sebagian besar populasi terinfeksi atau mendapatkan vaksin.
A. Dalam skenario terburuk (misalnya, jika kita tidak melakukan physical distancing atau melakukan tindakan lain untuk memperlambat penyebaran virus), virus dapat menginfeksi banyak orang ini dalam hitungan beberapa bulan. Ini akan membebani rumah sakit dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.
B. Dalam skenario terbaik, kita bisa mempertahankan tingkat infeksi saat ini — atau bahkan mengurangi tingkat ini — sampai vaksin tersedia. Ini akan membutuhkan upaya bersama dari seluruh populasi, dengan beberapa tingkat jarak fisik berkelanjutan untuk jangka waktu yang lama, kemungkinan satu tahun atau lebih, sebelum vaksin yang sangat efektif dapat dikembangkan, diuji, dan diproduksi secara massal.
C. Skenario yang paling mungkin terjadi ada di tengah-tengah terburuk dan terbaik, di mana tingkat infeksi naik dan turun seiring waktu; kita mungkin melonggarkan upaya pembatasan sosial ketika jumlah infeksi menurun, dan kemudian mungkin perlu menerapkan kembali tindakan ini karena jumlahnya meningkat lagi. Upaya berkepanjangan akan diperlukan untuk mencegah wabah besar sampai vaksin dikembangkan.Â
6. Berapa Ambang Kekebalan Kawanan (HIT) dari COVID-19?
Ada banyak studi yang mencoba memperkirakan berapa ambang batas dari kekebalan kawanan untuk SARS-CoV-2 atau virus penyebab COVID-19 ini.
Penelitian Randolph (2020) menyebutkan bahwa 67% populasi perlu memperoleh kekebalan agar penurunan infeksi COVID-19 bisa terjadi akibat efek kekebalan kawanan.
7. Apakah setelah HIT SARS-CoV-2 tercapai Pandemi ini akan selesai?
Tidak, kita tidak dapat mengambil kesimpulan itu karena HIT SARS-CoV-2 mendefinisikan angka prevalensi imunitas yang dibutuhkan untuk mulai memperlambat persebaran virus ini secara alami (matematis) di dalam populasi. Mulai memperlambat di sini bukan berarti menghentikan.Â
8. Bagaimana jika kita mengambil skenario 5.A (Skenario Terburuk: membirkan terjadinya infeksi dalam populasi)
Penulis menegaskan bahwa angka 67% (HIT SARS-CoV-2) bukan merupakan batas akhir penentu akhir pandemi. Penelitian yg dilakukan oleh lembaga penelitian Royal Society menyatakan bahwa secara matematis prevalensi yang dibutuhkan untuk "menghentikan" pandemi COVID-19 yang tidak terkontrol adalah sebesar 94%. Artinya 94% populasi dunia akan terinfeksi COVID-19 sebelum pandemi "yang tidak terkontrol" bisa berakhir.Â
Lalu apa arti dari "tidak terkontrol"? menegaskan poin dari 5.A, tidak terkontrol di sini artinya adalah tidak melakukan physical distancing atau melakukan tindakan lain untuk memperlambat penyebaran virus.
Jika 94% populasi dunia atau sekitar 7,3 miliar orang harus terinfeksi COVID-19, dan IFR (Infection Fatality Rate) dari SARS-CoV-2 sebesar 0,6%. Maka setidaknya 44 juta orang di seluruh dunia akan meninggal akibat COVID-19. Hitungan ini tidak menghitung IFR yang bisa saja meroket ketika kolapsnya kapasitas kesehatan.
Maka dari itu, mengakhiri pandemi ini dengan cara membiarkannya tidak terkontrol dan tanpa vaksin sampai tercapai kekebalan kawanan adalah langkah atau strategi yang sangat tidak etis dan melanggar hak asasi manusia.Â
"Baik tidak akan cukup jika ada yang lebih baik"
Sekian dari saya, terimakasih
Referensi
1. Herd immunity thresholds for SARS-CoV-2 estimated from unfolding epidemicsÂ
Ricardo Aguas, Rodrigo M. Corder, Jessica G. King, Guilherme Gonçalves, Marcelo U.Ferreira, M. Gabriela M. Gomes https://doi.org/10.1101/2020.07.23.20160762 Â
2. Omer SB, Yildirim I, Forman HP. Herd Immunity and Implications for SARS-CoV-2 Control. JAMA. 2020;324(20):2095–2096. doi:10.1001/jama.2020.20892Â
3. Herd Immunity: Understanding COVID-19Â
Haley E. Randolph1 and Luis B. Barreiro. https://doi.org/10.1016/j.immuni.2020.04.012
4.Herd immunity in the epidemiology and control of COVID-19Â
The Royal Society of London for Improving Natural Knowledge. link: https://royalsociety.org/-/media/policy/projects/set-c/set-c-herd-immunity.pdf?la=en-GB&hash=2B8F6255CF6FD83CE71FC510596FBCFB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H