Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teknik Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Tiram Mutiara

10 November 2020   12:55 Diperbarui: 10 November 2020   18:23 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(g. 2.4 (a) pelampung (b) ilustrasi keranjang tento dalam air (c) pocket net.) | dokpri

Karya laporan penelitian ini menjadi laporan penelitian terbaik Angkatan 2021 SMA Labschool Jakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  • Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia yang sangat indah. Pulau yang dikenal juga pulau seribu masjid ini, dikelilingi oleh pantai-pantai yang sejuk nan permai. Seiring dengan banyaknya tempat pariwisata, Lombok juga memiliki daya tarik lainnya. Daya tarik tersebut merupakan hasil bumi Pulau Lombok ini, yaitu Mutiara.
  • Mutiara diproduksi oleh tiram mutiara (Pinctada Maxima). Dalam kondisi hidup, tiram mutiara (Pinctada Maxima) dapat dijual dalam bentuk spat atau induk, dan dalam bentuk butiran mutiara memiliki nilai jual yang tinggi. Di samping itu, cangkang tiram mutiara ini dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik dan berbagai barang kerajinan tangan.
  • Mutiara merupakan salah satu komoditas utama dalam dunia perhiasan. Untuk menghasilkan sebuah mutiara, dibutuhkan proses yang panjang dan rumit. Sebuah mutiara alami terbentuk tanpa intervensi manusia sama sekali, hal ini terjadi di alam liar, dan sangat jarang terjadi. Kira-kira ratusan tiram mutiara harus dikumpulkan dan dibuka, dan dengan demikian dibunuh, hanya untuk menemukan satu mutiara liar, dan selama berabad-abad itulah satu-satunya cara untuk memperoleh mutiara. Ini adalah alasan utama mengapa mutiara termasuk komoditas yang sangat berharga pada masa lalu. Mutiara budidaya, di sisi lain, merupakan salah satu jenis mutiara yang dibentuk dengan melibatkan manusia, di sebuah peternakan mutiara.
  • Dalam proses membudidayakan tiram mutiara, tentunya diperlukan teknik yang tepat untuk mendapatkan tiram yang produktif. Teknik ini belum banyak tersebar di masyarakat. Padahal teknik ini sangat penting dalam pembudidayaan tiram mutiara. Dalam karya tulis ini, kami akan membahas tentang teknik yang diterapkan dalam pemeliharaan dan pemberian pakan tiram mutiara.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

  • Teknik pemeliharaan tiram mutiara yang sedikit diketahui khalayak umum.
  • Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemeliharaan tiram mutiara.
  • Teknik pemberian pakan tiram mutiara yang belum banyak diketahui publik.
  • Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pemberian pakan tiram mutiara.

Pembatasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tiram mutiara yang dibahas adalah spesies Pinctada maxima

2. Teknik pemeliharaan tidak termasuk teknik pengembangbiakan tiram mutiara

Perumusan Masalah

  • Berdasarkan apa yang sudah kami uraikan pada latar belakang di atas, muncul banyak pertanyaan yang sehubungan dengan permasalahan yang akan kami bahas, diantaranya adalah:
  • Bagaimana teknik pemeliharaan tiram mutiara?
  • Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pemeliharaan mutiara?
  • Bagaimana teknik pemberian pakan pada tiram mutiara?
  • Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pemberian pakan tiram mutiara?

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Februari 2020 di PT. Autore Pearl Culture, perairan Pulau Lombok.

Metode Penelitian

Untuk metode penelitian yang digunakan di penelitian ini, kami menggunakan metode penelitian data kualitatif.

Teknik Pengumpualn Data

Teknik pengumpulan data yang kami gunakan untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai mutiara adalah observasi, wawancara, dan eksperimen. Observasi ini dilakukan langsung di PT. Autore Pearl Culture di Lombok. Observasi ini lakukan dimana kami mencari informasi dengan melihat dan mempelajari teknik dalam proses memelihara tiram mutiara dari kecil hingga dilepas di laut..

Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu beberapa pekerja. Mereka menjelaskan teknik pemeliharaan dan pemberian pakan tiram mutiara dengan lebih mendalam daripada sekedar membaca di pajangan informasi. Eksperimen yang akan kita lakukan adalah dengan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tiram mutiara dalam pemberian pakan dengan jenis yang berbeda.

Kami juga akan melakukan studi literatur dari sumber-sumber lain untuk melengkapi data yang kami peroleh dari proses observasi. Kami akan mencari makalah dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian kami.

Tujuan Penelitian

  • Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan pengetahuan mengenai teknik dalam pemeliharaan tiram mutiara.
  • Untuk mengetahui dan memberikan pengetahuan mengenai teknik pemberian pakan tiram mutiara.
  • Serta penelitian ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas hasil penelitian dari Studi Lapangan yang diadakan di Pulau Lombok.

Manfaat Penelitian

Kami berharap bahwa apa yang kami bahas dalam makalah ini, terdapat banyak manfaat yang dapat diambil, diantaranya yaitu sebagai berikut :

Manfaat Teoritis

  • Menambah wawasan dan pengetahuan tentang teknik pemeliharaan dan pemberian pakan tiram mutiara.
  • Membantu para pembaca yang ingin mengetahui proses -- proses untuk memelihara dan memberi pakan tiram mutiara yang produktif.

Manfaat Praktis

  • Memberikan panduan dalam hal pemeliharaan dan pemberian pakan tiram mutiara. Khususnya bagi pihak lain untuk ikut membudidayakan tiram mutiara.

BAB II

ISI

2.1  Kajian Teori

Teknik: Pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (KBBI) 

Pemeliharaan:  Proses, cara, perbuatan memelihara(kan); penjagaan; perawatan (KBBI)

Pakan: Makanan ternak (KBBI)

Tiram mutiara: Jenis-jenis tiram mutiara lain yang ada di Indonesia umumnya adalah P. margaritifera, P. fucuta, P. chemnitis dan Pteria penguin. Tetapi penghasil Mutiara yang terpenting ada tiga jenis, yaitu Pteria penguin, Pinctada maxima dan, P. Margaritifera (Sutaman, 1993).

Tiram mutiara memiliki bentuk luaran seperti batu karang dan terlihat seperti tidak ada kehidupan. Tiram tersebut memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras yang dibagian punggungnya terdapat engsel yang berfungsi melindungi bagian lunak yang ada di dalamnya.

Bagian lunak ini merupakan organ yang dapat mengatur segala aktivitas kehidupan dari tiram itu sendiri. Di sisi sebelah dalam dari cangkang tersebut terdapat lapisan induk mutiara serta nacre yang bertugas membentuk lapisan mutiara dengan penampilan mengkilap (Kotta, 2018).

Menurut Mulyanto (1987) dan Sutaman (1993), klasifikasi kerang mutiara adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Subkingdom: Invertebrata

Phylum: Mollusca

Kelas: Pellecypoda

Ordo: Anysomyaria

Famili: Pteridae

Genus: Pinctada

Spesies: Pinctada maxima, Pinctada martensii, dan Pinctada margaritifera.

Di Indonesia, tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat (Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994 dalam Tarwiyah, 2001).
Maka penelitian ini akan berfokus pada spesies tiram mutiara Pinctada maxima saja

2.2 Pembahasan

2.2.1 Teknik Pemeliharaan Tiram Mutiara

Proses pemeliharaan tiram mutaiara terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah pemeliharaan larva tiram mutiara atau pinctada maxima. Tahap ini dilakukan dengan menempatkan larva hasil perkembangbiakan indukan tiram dalam tangki berwarna hitam berkapasitas 5000 liter atau 5 ton.

"Larva tiram lebih menyukai tempat yang gelap atau remang-remang daripada terang. Untuk itu, pemeliharaan larva diusahakan ditutup dengan plastik gelap." (Aprisanto dkk., 2008).

(g. 2.2 tangki yang digunakan untuk mengembangkan larva) | dokpri
(g. 2.2 tangki yang digunakan untuk mengembangkan larva) | dokpri

Sebelum digunakan, tangki dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air laut hingga bersih. Setelah proses persiapan selesai dilakukan pengisian air. Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan terlebih dahulu harus melalui sandfilter dan carbon active filter untuk meminimalisir bahan organik yang tersuspensi yang dapat mengganggu proses pemeliharaan larva.

Selain itu, suhu dan PH air harus dikontrol agar tiram mutiara bisa tumbuh dengan cepat. Selain itu salinitas juga sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan pinctada maxima. Suhu air yang digunakan adalah 27 C, PH air netral sebesar 7 dan salinitas dijaga antara 32-35 ppt.

(g. 2.3 sampling untuk menentukan kepadatan populasi larva tiram mutiara) | dokpri
(g. 2.3 sampling untuk menentukan kepadatan populasi larva tiram mutiara) | dokpri

Kadar oksigen dalam air juga penting bagi kelangsungan hidup tiram mutiara karena perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme (Romimohtarto, 1991).

Sedangkan menurut Winanto (2004) bahwa tingkat oksigen terlarut yang dibutuhkan selama masa stadia larva antara 4,8-5,5 mg/L. Sedangkan kepadatan larva yang baik + 200 ekor/liter. Kepadatan yang terlalu tinggi akan mengurangi pertumbuhan normal (Aprisanto dkk., 2008).

Pada proses pemeliharaan ini tiram mutiara dipelihara dan diawasi pertumbuhannya. Setiap harinya setiap larva ini akan tumbuh sebesar 5-10 (Miko, P.T Autore Indonesia(2020)). Proses ini akan berlangsung kira-kira 2 bulan hingga ukuran spat mutiara ini telah mencapai ukuran 3mm. 

(Image.2.3 proses pengecekan larva tiram mutiara) | dokpri
(Image.2.3 proses pengecekan larva tiram mutiara) | dokpri

Tahap kedua ialah pelepasan spat tiram mutiara di laut lepas di kawasan laut dangkal. Di tahap ini, tiram mutiara mencari makan dengan sendirinya dengan memakan plankton yang ada di laut. Wadah pemeliharaan tiram mutiara di laut ada dua jenis, yaitu keranjang tento dan pocket net.

Tiram mutiara dimasukan dalam keranjang tento lalu ditutup, sedangkan wadah pemeliharaan yang menggunakan pocket net, pocket yang sudah berisi tiram dibungkus dengan waring yang memiliki mess size 2 mm, kemudian digantung pada long line yang berada di tengah laut. . 

Tujuan pemeliharaan di laut adalah agar induk hidup secara normal karena pakan yang dibutuhkan sudah tersedia diperairan sehingga Tingkat Kematangan Gonad (TKG) induk lebih cepat dan optimal . 

(g. 2.4 (a) pelampung (b) ilustrasi keranjang tento dalam air (c) pocket net.) | dokpri
(g. 2.4 (a) pelampung (b) ilustrasi keranjang tento dalam air (c) pocket net.) | dokpri

Tiram mutiara kemudian digantung di kedalaman 2 meter di bawah permukaan laut. Keberhasilan pembesaran anakan kerang yang digantung pada level kedalaman 2m adalah diduga kuat berkaitan dengan distribusi kelimpahan pakan alami (fitoplankton).

Sebagaimana dikemukakan oleh Sutomo (1987) dan Sidabutar (1998) bahwa sebaran konsentrasi pakan alami (fitoplankton) umumnya lebih tinggi pada lapisan permukaan dibanding dengan lapisan yang lebih dalam. Demikian juga penjelasan yang hampir sama dikemukakan oleh Honkoop dan Beukema (1997).

Pada tahap ini pula dilakukan proses pemijahan dengan metode kejut suhu (thermal shock) dan fluktuasi suhu. Induk yang telah diseleksi tingkat kematangan gonadnya ditempatkan didalam bak yang bersuhu 27 C (suhu awal) pada kejut suhu. Kemudian dilanjutkan dengan metode thermal shock (kejutan suhu panas), yaitu menaikkan suhu pemeliharaan 27 C ke 33 C. 

Winanto (2004) menyatakan bahwa metode thermal shock dilakukan dengan menaikan suhu dari 28 -- 35 C. Induk yang berasal dari wadah donor sperma dipindahkan ke dalam wadah yang suhunya sudah dinaikkan kemudian didiamkan sebentar (20 -- 30 menit) lalu dipindahkan lagi ke dalam wadah lain (bak fiber 3 m3) dengan suhu air normal  yaitu 27 C.

(g. 2.5 proses thermal shock stressing) | dokpri
(g. 2.5 proses thermal shock stressing) | dokpri

Suhu air secara bertahap dinaikkan sehingga tiram akan stress dan kaget sehingga diharapkan bisa memijah. Sedangkan pada metoda fluktuasi suhu, bila setelah perlakuan penaikan suhu belum terjadi pemijahan maka dilanjutkan dengan penurunan suhu awal. Perlakuan ini dapat dilakukan berulang kali sehingga induk akan terangsang dan memijah.

Pada tahap ini dilakukan pembersihan cangkang tiram mutiara yang dilakukan 1 bulan sekali. Setelah dibiarkan hidup bebas di laut selama 2 tahun dan sudah berukuran 10-15 cm, tiram-tiram mutiara ini akan diambil lagi untuk dilakukan penyuntikan atau penyisipan nukelus. Proses operasi (penyisipan nukleus) merupakan proses penyisipan inti ke dalam tubuh tiram yang merupakan proses fundamental dari serangkaian kegiatan budidaya tiram mutiara.

Pemasukan nukleus ke dalam tubuh tiram mengakibatkan ekspresi kesakitan yang mengeluarkan cairan nacre dimana jika terakumulasi dalam waktu yang lama akan membentuk sebuah lapisan dan suatu "benda" yang disebut mutiara. Setelah penanaman inti ini, tiram mutiara akan kembali dilepas di laut untuk memulai proses pembentukan mutiara.

2.2.2 Teknik Pemberian Pakan Tiram Mutiara

Setiap hari-nya larva-larva mutiara ini diberi makanan secara teratur pagi dan sore hari. Larva tiram mutiara itu diberi makan 7 jenis sub-tropical fitoplankton yang berbeda (Miko, P.T Autore Indonesia). Masing-masing jenis plankton ini memiliki kandungan gizi yang berbeda. Di antara jenis-jenis plankton itu ialah:

Protein: Isochrysis Tahiti

Lemak: Pavlova lutheri

Silikat: Chaetoceros sp

Plankton-plankton ini dikembangkan di suatu ruangan khusus yang bersuhu 16 C. Karena plankton yang dikembangbiakkan adalah jenis fitoplankton, maka secara terus menerus plankton ini akan diberikan CO2 dan sinar dari lampu untuk berfotosintesis. Sinar yang digunakan tidak harus UV dan CO2 diberikan dalam kondisi gas (Miko, P.T Autore Indonesia). 

(g. 2.6 alat penyaring dan penyiapan air bagi budidaya plankton) | dokpri
(g. 2.6 alat penyaring dan penyiapan air bagi budidaya plankton) | dokpri

Cara pemberian pakan pada larva tiram mutiara ini adalah dengan menuang langsung campuran plankton yang sudah dihitung kandungan gizi-nya. Dosis pakan 5000 sel/hari diberikan 2 kali (pagi dan sore), cara pemberian ini dilakukan sampai larva mencapai stadia umbo. Pengamatan dilakukan terhadap sifat biologis larva, perkembangan-pertumbuhan larva sampai menjadi spat.

(g. 2.7 plankton-plankton yang disimpan di kontainer di ruangan khusus) | dokpri
(g. 2.7 plankton-plankton yang disimpan di kontainer di ruangan khusus) | dokpri

Menurut Sujoko (2010) pertumbuhan larva mencapai 5-10m per hari, sehingga jumlah dan jenis pakan akan bertambah menjadi pakan campuran antara tiga jenis pakan yaitu Ishocrysis galbana, Nannochloropsis sp dan Pavlova lutheri dengan perbandingan 1:1:1.

(g. 2.8 campuran plankton yang sudah dihitung perbandingannya) | dokpri
(g. 2.8 campuran plankton yang sudah dihitung perbandingannya) | dokpri

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan larva, harus dilakukan sampling. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penggantian air. Sampling bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan larva, proses penjarangan bertujuan untuk menghasilkan spat yang seukuran sehingga mengurangi kompetisi dalam memperoleh makanan.

(g. 2.9 pemeriksaan larva tiram mutiara menggunakan mikroskop) | dokpri
(g. 2.9 pemeriksaan larva tiram mutiara menggunakan mikroskop) | dokpri

Setelah disaring, larva diletakkan pada wadah berukuran 10 liter untuk disampling. Kemudian diambil sampel sebanyak 1 ml dari wadah sampling tersebut dan dilanjutkan dengan pengamatan dibawah mikroskop. Jumlah larva yang didapat kemudian disesuaikan dengan volume sampel yang diambil.  Selama proses pengamatan mikroskop, selain dilakukan penghitungan juga diamati apakah larva makan atau tidak.

Hal ini bisa diamati dengan melihat isi perutnya penuh atau tidak. Jika perut terisi oleh makan maka larva akan terlihat kecoklatan. Sedangkan jika bewarna bening, maka dimungkinkan larva tidak makan. Metode pengamatan proses makan atau tidaknya larva cukup efektif untuk mengetahui tingkat kesehatan larva tiram mutiara. 

Sedangkan pemberian pakan tiram mutiara yang sudah dilepaskan di laut tidak lagi tersentuh oleh campur tangan manusia. Tiram mutiara dengan bebas mencari dan mendapatkan makanannya sendiri di laut yang biasanya berupa alga dan plankton.

BAB III

Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Secara umum, proses pemeliharaan tiram mutiara (Pinctada Maxima) tidaklah mudah dan singkat. Proses ini memerlukan waktu yang lama serta ketelatenan dan ketelitian. Serta diperlukan kemampuan khusus dalam melakukan beberapa prosedur tertentu dalam memelihara tiram mutiara agar berkembang dengan baik.

3.2 Saran

Saran yang kami berikan pada pemerintah adalah agar budidaya tiram mutiara ini bisa diberdayakan lebih meluas di kawasan pesisir Indonesia. Pemberdayaan bisa dilakukan dengan menggandeng perusahaan swasta atau mendirikan pusat pembudidayaan tiram mutiara ini di berbagai tempat di Indonesia.

Daftar Pustaka

Kotta, Raisman. "Teknik Pembenihan Tiram Mutiara" halaman 234-240. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Stasiun Penelitian Ternate.

Astriwana, Bayu Prasetya Wibowo, Gia Marta Novia. "Pembenihan Tiraam Mutiara Pinctada maxima Metode Donor Sperma dan Thermal Shock di Balai Budidaya Laut Lombok, NTB."

M. S. Hamzah. "Efektifitas Alat Pemeliharaan Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Anakan Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) Di Teluk Kodek, Lombok Utara."  UPT. Loka Pengembangan Bio Industri Laut, Puslit. Oseanografi LIPI.

M.S. Hamzah dan Nababan, Bisman. "Pengaruh Musim dan Kedalaman Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) di Teluk Kodek, Lombok Utara." Halaman 52-56.  UPT. Loka Pengembangan Bio Industsi Laut Mataram, Puslit. Oseanografi -- LIPI .Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun