Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cabut PSBB Transisi! Rem Blong Pemprov DKI?

8 September 2020   17:33 Diperbarui: 19 Oktober 2020   18:30 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar via Kompas: Penumpang KRL di Stasiun Tanah Abang

Alih-alih menginjak rem darurat, Anies berdalih bahwa DKI Jakarta ada di rute yang benar.

"Jadi secara aktivitas testing, kita tinggi. Bahkan hari kemarin, hari Minggu, dilaporan itu 43 persen dari testing seluruh Indonesia itu dilakukan di Jakarta. Konsekuensinya angka positif menjadi lebih banyak. Tapi dengan cara seperti itu, kita mengetahui dengan senyatanya tentang status Covid-19 di Jakarta," kata Anies dalam sebuah webinar di Jakarta, Senin (31/8) (Republika).

Tidak sepenuhnya benar jika penyebaran covid di Jakarta masih terkendali. Walaupun testing PCR di Jakarta cukup tinggi, positivity rate-nya terus naik. 

Positivity rate naik hampir 3 kali lipat dari sekitar 5% ke 14%. Positivity rate juga merupakan salah satu indikator yang Anies jelaskan di video arahannya 12 Juli lalu. Batas maksimal yang ditetapkan dalam laporannya adalah 5%. Angka 14% merupakan angka yang sangat tinggi. Walaupun daerah lain memang memiliki angka yang juga jauh lebih tinggi dari angka DKI.

Kapasitas rumah sakit di DKI juga menjadi taruhannya jika keadaan ini terus berlanjut. Hospital bed occupany rate atau tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit di DKI telah mencapai 53,2% dari kapasitas totalnya (per 22 Agustus 2020). Artinya sisa tempat tidur rumah sakit yang tersedia adalah 2,318. Sementara, per 7 September 2020, pasien aktif positif yang ada di Jakarta sudah mencapai 11,047 pasien. 

Dalam minggu pertama bulan September (1-7 September), jumlah pasien aktif di Jakarta bertambah 2,478 pasien, dengan rata-rata harian mencapai 354 kasus/hari. 

Jika kondisi ini terus berlanjut, DKI Jakarta bisa melihat tambahan pasien aktif sekurang-kurangnya 9,900 pasien di akhir September. Lalu bagaimana kalau sistem kesehatan kolaps dalam menangani banyaknya pasien? 

Tingkat kematian akan meroket seperti yang terjadi di Provinsi Lombary Italia. Tercatat kasus kematian di provinsi itu mencapai 18,3%, lebih tinggi dari rata-rata Italia 10,6% per tanggal 15 April 2020. Kematian yang terjadi di Lombardy diakibatkan oleh kolapsnya sistem kesehatan dalam menangani pasien covid yang digambarkan seperti tsunami. 
Hal ini merupakan indikator bahwa situasi persebaran covid di masyarakat mulai tidak terkontrol dan akan mencapai titik kritis dalam waktu dekat.

Masa berlaku PSBB Transisi fase kelima ini akan berakhir pada Kamis, 10 September 2020. Satgas Penanganan Covid Nasional telah memberikan lampu hijau bagi Anies untuk menarik rem darurat. Akankah Pemprov DKI menarik remnya?

sumber data:
* Website Corona DKI Jakarta
*Pusdatin Kemenkes, Kemenkes, RS Online via: IG Pandemic Talks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun