Mohon tunggu...
Mahatma Chryshna
Mahatma Chryshna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Dunia ditandai kata, alangkah sepinya dunia tanpa kata. Kata memaksa kita untuk berbicara, dan sekarang kita paksa kata untuk mengartikulasikan kita." Berkata-kata !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter dan Optimisme Bangsa

26 Mei 2011   16:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:10 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tema apakah yang sedang hangat dibicarakan di dunia pendidikan saat ini ?

Dalam 5 tahun belakangan ini, pembicaraan di dunia pendidikan berganti-ganti antara Ujian Nasional (UN), Sekolah Internasional, Sertifikasi Guru, dan Pendidikan Karakter. Di pertengahan tahun 2011 ini, setelah selesai pelaksanaan UN, setelah banyak sekolah menjadi sekolah rintisan bertaraf internasional dan setelah banyak guru disertifikasi, masih ada dua tema yang terus bergema yaitu pendidikan kewirausahaan dan pendidikan karakter. Saya tertarik dengan yang terakhir karena tema tersebut  cenderung mudah dipolitisir. Benarkah isinya sehebat suaranya ?

Daya tarik

Pembicaraan tentang Pendidikan Karakter masih berbuntut panjang karena masih banyak hal yang belum menjadi kata sepakat di antara para tokoh dunia pendidikan. Pendidikan Karakter telah menjadi kata dan konsep wajib dalam setiap diskusi tentang pendidikan saat ini. Mantra ajaib dari konsep Pendidikan Karakter membius banyak orang sehingga terkesan bahwa Pendidikan Karakter  adalah jalan satu-satunya untuk keluar dari persoalan bangsa ini. Ketika banyak orang berusaha memetakan persoalan bangsa ini, pendidikan sering menjadi jalan keluar yang paling mungkin dilakukan. Lebih lanjut lagi, Pendidikan Karakter  dianggap sebagai jalan ampuh yang lebih berbuah daripada jalan yang lain.

Daya tarik Pendidikan Karakter  sebetulnya tidak terletak dalam isinya karena sebagian pemikir masih sering berbeda pendapat, juga bukan terletak dalam pelaksanaanya karena pelaksanaanya tidak semudah pembicaraan tentang konsepnya. Sihir Pendidikan Karakter terletak dalam harapan yang terkandung di dalamnya bahwa apabila Pendidikan Karakter  dimasukkan dalam sistem pendidikan, secara lebih sempit sekolah, akan terwujud manusia yang berkarakter. Manusia-manusia berkarakter ini, diyakini, akan membawa dan menghantarkan bangsa Indonesia keluar dari persoalan bangsa yang sudah tak teridentifikasi lagi saking banyaknya.

Apabila kita lihat lebih dalam, daya tarik Pendidikan Karakter  ternyata juga tidak terletak pada harapan yang ditawarkan, karena ternyata terlalu abstrak. Daya tariknya terletak dalam diri manusia Indonesia sendiri, terutama pemikir pendidik dan politisi pendidikan, yang sedang ada dalam Masa Kegelapan. Manusia dalam abad kegelapan akan melihat setitik cahaya di kejauhan sebagai suatu harapan yang memompa semangat. Demikian juga, Pendidikan Karakter, yang belum terbukti keampuhan dan kemudahan pelaksanaannya, telah menjadi setitik cahaya yang menerangi insan pendidikan yang sedang ada dalam Masa Kegelapan.

Masa Kegelapan yang melanda dunia pendidikan bukanlah suasana khas pendidikan Indonesia tetapi menjadi suasana umum Gambaran Bangsa ini. Suasana Bangsa yang tidak mudah merasa bangga menjadi bangsa Indonesia, selain bila Timnas Sepakbola bertanding, telah melumpuhkan semangat kebangsaan. Dalam situasi semacam itu, pendidikan dianggap sebagai salah satu jalan keluar yang paling relevan dan berdaya ubah paling luas. Tugas yang demikian besar yang diemban oleh dunia pendidikan ini, faktanya, tidak banyak dimanfaatkan dan tidak banyak didukung secara nyata oleh pemerintah. Tema-tema top down yang dilontarkan para arsitek pendidikan Indonesia kebanyakan hilang bersama dengan era menteri yang membawanya. Tema seperti Sekolah Gratis, Sertifikasi Guru, Sekolah Internasional, Pendidikan Kejuruan adalah tema yang dibawa oleh Pemerintah yang sering kebingungan dalam mengemban tugas mencerdaskan hidup berbangsa.

Pendidikan Karakter menjadi salah satu harapan baru, menjadi tema yang seksi dibicarakan karena terkesan sebagai sebuah tema dan pemikiran yang berasal dari arus bawah, hasil diskusi dan pembicaraan.Seorang tokoh pantas disebut di sini yaitu Doni Koesoema (juga seorang kompasianer) dengan dua bukunya tentang Pendidikan Karakter. Dengan konsistensi pemikirannya, tema pendidikan karakter diungkap dan dieksplorasi lebih lanjut. Banyak tanggapan berdatangan, bahkan Wakil Presidenpun mengapresiasi pemikirannya. Terakhir, Menteri Pendidikan juga memberikan penghargaan atas upayanya dalam bentuk tulisan.Pendidikan Karakter seringkali diidentikkan dengan pemikiran Doni Koesoema (dengan istilah yang diberikan oleh situs…) tetapi pendidikan Karakter lebih luas dari seorang Doni Koesoema

Bahaya menghadang

Telah kita lihat daya tariknya, sekarang mari kita lihat sedikit tentang beberapa bahaya yang mengintainya. Ketika suatu konsep diterima oleh banyak orang, terutama oleh institusi pendidikan, akan muncul persoalan baru yaitu bagaimana pelaksanaannya. Implementasi suatu konsep tidaklah segampang penjelasan teoritisnya. Selain itu, konsistensi pelaksanaan dari suatu konsep perlu dijaga agar tetap bisa berjalan sesuai dengan konsep awal. Seperti kebanyakan konsep yang indah, dalam pelaksanaan ia akan selalu terbentur dengan realitas praktis di lapangan. Pendidikan Karakter, pertama akan dihadang dengan persoalan implementasi di sekolah. Apakah akan dibentuk pelajaran Pendidikan Karakter? Dengan kata lain membentu mata pelajaran baru ? atau akan dimasukkan dalam setiap pelajaran yang sudah ada ? Atau dalam bentuk lain ?

Setiap pilihan tersebut memiliki tantangan tersendiri. Bila akhirnya memilih untuk membuat mata pelajaran baru, tentu saja, di akhir ekornya perlu suatu proyek baru di Dinas Pendidikan. Seperti kebanyakan proyek, nuansa korupsi akan terbayang di depan mata. Bila sudah menjadi proyek, konsep yang apik ditata sejak awal akan kehilangan lagi bentuknya dan berubah daya tariknya menjadi sebatas keuntungan materi yang bisa diraup. Kemungkinan lain, bila mengimplementasikan di dalam setiap mata pelajaran yang lain, tentu butuh usaha dan pelatihan-pelatihan. Siapakah yang akan diuntungkan dengan kegiatan semacam ini? Tentu saja, tidak bernama proyek tetapi pelatihan. Lembaga pelatihan dan konsultan pendidikan yang akan menuai untungnya. Di sini, pencetus ide dan gagasan pendidikan dengan ide yang menarik akan sampai pada persoalan uang juga. Biaya konsultasi dan pelatikan tentu tidak murah.Berhadapan dengan implementasi, Pendidikan Karaktertetap potensial diperlakukan saya sebagaimana ide yang lain yaitu menjadi proyek.

Kembali ke persoalan implementasi. Pendidikan Karakter, bukan lagi menjadi wacana tetapi ternyata telah menjadi suatu program dengan judul Pendidikan Berbasis Karakter. Ini juga suatu pengimplemetasian yang dianggap sudah salah kaprah.Frase Pendidikan berbasis karakter mengasumsikan bahwa dasar dari pendidikan adalah suatu karakter tertentu. Mungkin di sini yang ada adalah kesalahan penerjemahan dari istilahCharacter Building Based Education, yang bisa diartikan pendidikan berbasis pembangunan karakter. Jadi, kurang kata “pembangunan”. Bila memang hal seperti itu yang terjadi, sudah terjadi reduksi baik konsep maupun penggunaan istilahnya.

Persoalan peristilahan tidak selesai sampai di sini. Bila memang karakter yang akan dijadikan basis, karakter semacam apakah yang pantas dijadikan dasar ? Apakah karakter seperti para pemimpin bangsa ini ? atau karakter semacamapa ? Bukankah ada banyak karakter yang ditawarkan oleh para tokoh bangsa dewasa ini ? Sebut saja kalangan Pemerintah, DPR, politisi, atau malah para artis ?

Tetap Optimis

Semua persoalah ini telah sejak awal mengintai dalam konsep Pendidikan Karakter. Tentu saja, sebagai suatu cahaya dan harapan bagi bangsa ini, Pendidikan Karakter perlu didukung. Akantetapi, mengingat banyaknya bahaya yang mengintai di depan mata, Pendidikan Karakter jangan dengan mudah dijadikan komoditas pasar murahan yang akhirnya dinilai dengan logika pasar, jual-beli. Ini persoalan pendidikan bung ! Mendidik manusia yang multi dimensi, bukan hanya berdimensi pasar.Semoga saja secercah harapan yang ditawarkan oleh Konsep Pendidikan Karakter bisa berkembang dan menjadi obor di tengah banyaknya kebuntuan.

Salam Indonesia, Selamat Ulang Tahun ke-16 Telkomsel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun