Mohon tunggu...
Mahasiswa Andilau
Mahasiswa Andilau Mohon Tunggu... -

Doktri dan Dogma memang begitu, kita seakan terkekang dan terintimidasi oleh hal itu. kita harus melakukan apa yang orang pendahulu kita lakukan yang mungkin belum tentu benar untuk dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cocokkah Sistem Pemilihan Pemimpin Seperti Ini di Indonesia?

6 Mei 2012   03:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan pemimpin di Indonesia sejak tahun 2004 memang bisa dilakukan oleh semua lapisan masyarakat Di Indonesia, one people one vote. Jadi semua orang bisa melakukannya, yang sudah cukup umur tentunya. Itu artinya suara yang diberikan oleh kaum intelektual dan terpelajar sama nilainya dengan suara preman ugal - ugal an dan para pemulung yang tidak pernah memikirkan nasib negara kita, toh para kaum tersbut ( preman, red) suaranya bisa di beli dengan uang oleh partai yang mencalonkan, tak heran jika kata " serangan fajar " hadir saat menjelang hari H pemilihan pemimpin, baik presiden, walikota , bupati atau pun yang lainnya.

Tapi ada yang aneh dengan sistem ini?? saya merasa kok tidak cocok ya sistem ini di Indonesia/ kalau sistem ini diterapkan Di Amerika memang cocok cocok saja karena di Amerika 50% keatas penduduknya diatas kesejahteraan dan pendidikan bisa di bilang cukup nah bagaimana dengan Indonesia?? 50 % lebih penduduk kita masih jauh di bawah kualitas dan pendidikan yang memadai, bisa kita lihat dengan banyaknya anak - anak yang tak bisa melanjutkan sekolah dan banyaknya anak2 usia di bawah umur yang bekerja untuk bertahan hidup bukan untuk mencari ilmu. jika pemilih nya saja orang yang tak berkualitas tentu yang dipilih pun juga tidak berkualitas, begitu teorinya kan??

inilah  permasalahannya, apakah cocok sistem seperti ini dilakukan di Indonesia yang penduduknya 50 % lebih, jauh di bawah kualitas??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun