Pertunjukan dimulai sekitar 15 menit lagi. Panitia pelaksana sudah menghimbau kepada seluruh penonton untuk tidak melebihi batas garis tribun. Semua agar tidak terjadi insiden diluar Standart Operasional Prosedur yang telah ditetapkan. Cikalan Man masih belum kembali dari toilet. Pisank Man dan Totor Boys duduk di tempat yang mudah dilihat oleh Lemman.Â
Hari ini mereka memiliki idola baru dari tokoh utama teman sekolah. Kini sudah bersiap Lemman menjadi freestyler pembuka pertunjukan Tong Gila. Satu putaran, dua putaran, tiga putaran diiringi aksinya berkendara yang memukau semua penonton. Lemman semakin mengila di atas motor modifikasinya, semua isi tontonan itu tidak untuk dicontoh ya sebab harus dengan latihan profesional.Â
Sesi menyawer dengan uang segera dibuka, bagi siapa saja yang ingin di dekati oleh freestyler motor bisa melambaikan uang kertas di ujung tribun. Panitia menyeleksi siapa saja yang boleh ikut sayembara ini, sebab jika tidak diatur dan dibatasi bisa tidak terbatas waktu yang dibutuhkan. Disinilah kita belajar ikhlas menyukai manusia dengan perbedaan istilah satu dan satu-satunya.Â
Nuansa filsafatnya cintailah manusia dengan satu tujuan, satu-satunya yaitu untuk mencintai Tuhan. Semua yang berhubungan dengan mahluk haruslah dibatasi.
 Pisank Man hanya tersenyum dirinya tidak punya uang, sedangkan modal harapan ikut sayembara adalah sebungkus rengginang saja. Pisank Man melihat satu persatu penonton sudah antri untuk ikut sayembara nyawer itu. Rasa nyali ciut membuatnya hanya menyimpan keinginannya di lubuk hati.
Sejenak waktu terasa baginya terhenti dalam gemuruh semangat sayembara. Pisank Man menyimpan rasa sedih menjadi orang yang tidak mampu satu koridor dengan peraturan panitia. Sebungkus rengginang yang dia pegang masih hangat tadi kini telah mendingin bersama perasaannya. Persahabatan terhalangi tribun penonton lainnya. Lemman bukan orang yang harus fokus kepada temannya, sebab dia telah melangkah menjadi freestyler profesional dengan pekerjaannya.Â
"Kamu punya uang untuk ikut sayembara itu?." Tanya Cikalan Man kepada Pisank Man.
"Tidak, aku punya rengginang ini. Pupus sudah." Keluh Pisank Man.
"Rengginang?, sini biar jadi urusanku kita akan ikut sayembara." Sahut Cikalan Man.
"Caranya? Yakin?." Kaget Pisank Man.