Buruk rupa cermin dibelah itu tindakan paling bodoh di dunia. Sebab darimana lagi wajahnya akan lebih baik jika cerminnya saja sudah dihancurkan. Sudah jatuh masih tertimpa tangga, itu ibarat orang yang tidak mawas diri terhadap ketinggian. Semua orang yang berfikir selalu mengartikan kebodohan manusia menyebabkan kesialan untuk dirinya.Â
Padahal bukan itu saja, bahkan yang lebih berpengaruh pada kehidupan manusia adalah dosa yang dia lakukan, maka itulah yang menyebabkan dirinya tidak memiliki kenikmatan hidup. Sore matahari tampak begitu ranum menggoda. Pisank Man baru saja pulang dari pasar bersama Dr Talaz.Â
Kini lebih banyak lagi para pemberi kredit berbunga tinggi yang menawarkan pinjaman uang. Tersiar kabar juga beberapa pedagang ada yang bangkrut terlilit hutang dengan bunga yang tinggi itu. Konsep ekonomi itu baru kemarin menjadi desas desus dengan sebutan yaitu uang beranak. Pisank Man masih terlalu dini untuk mengenal uang dengan jumlah besar.
 Bahkan sampai saat ini Pisank Man belum memiliki dompet. Kesederhanaan yang diajarkan oleh Dr Talaz memberinya pemahaman yang lebih luwes pada duniawi.
"Nak, Dompet itu akronim dari bahasa jawa do maneh kepepet. Artinya jangan lagi terdesak. Jadi solusi biar tidak mudah terdesak itu mengisi dompet itu dengan benda berharga, seperti uang, emas, dan yang lainnya." Papar Dr Talaz.
"Kalau tidak punya uang bagaimana paman?. Apa harus punya dompet?." Sahut Pisank Man.
"Loh begini nak, tidak apa meski tidak punya dompet. Yang penting hatimu jadi dompet batin. Seumpama nanti kamu terdesak punya keinginan tapi tidak punya uang tetaplah bersyukur, rejeki itu selalu ada bagi mahluk yang bernyawa." Tegas Dr Talaz.
Suatu hari Pisank Man memiliki keinginan untuk membeli Jajan Gulali. Ternyata uang yang diberi oleh Dr Talaz hilang entah terjatuh atau memang sebelumnya hanya angan-angannya yang memiliki uang. Akhirnya Pisank Man dibelikan oleh Pa'at Psikopat. Mereka berdua menikmati manisnya persahabatan dengan makan Jajan Gulali di dekat gardu. Keesokan harinya, giliran Pa'at Psikopat yang tidak punya uang tapi memiliki keinginan membeli Jajan Opak Ombo-Ombo, namun ternyata Pisank Man juga tidak punya uang. Pisank Man merasa sungkan menjadi teman yang tidak bisa saling membantu. Sejak saat itu Pisank Man mengerti bahwa dirinya tidak boleh sering menonton televisi sebab kebanyakan acara televisi adalah iklan yang menggodanya. Demikian juga dengan radio yang selalu membisikkan rayuan promo barang tertentu. Pisank Man sadar dirinya tidak memiliki dompet beserta isinya.
"Paman, kenapa hari ini kok kelihatannya ada orang kaya tapi hidupnya makin susah?." Tanya Pisank Man.
"Mengejar duniawi sama halnya mengejar waktu yang berputar. Tidak akan ada habisnya Nak. Itu sebabnya ukuran kekayaan bukan soal materi belaka, tapi ada rumusan bersyukur yang harus dipahami. Semakin bersyukur manusia kepada Tuhan, maka akan semakin banyak kebahagiaan yang dapat diraihnya." Pungkas Dr Talaz.
Menjaga Dompet agar tidak hilang adalah keharusan, tetapi meratapi isinya yang sedikit mohon jangan dilakukan. Jangan mudah bangga saat senang, juga mudah nelangsa saat sedih. Hidup hanya sebentar, ibarat pepatah jawa mung mampir ngombe. Perjalanan masih jauh untuk sampai pada tujuan akhir. Nominal uang bisa di perjuangkan, tetapi keberkahannya harus kita minta lewat doa. Tidak ada satu daun pun yang jatuh tanpa ada ijin Tuhan. Ingat ya, dompet kosong pun tidak ada yang kebetulan !.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H